BAB I
PENDAHULUAN
Islam
sebagai agama mempunyai dua dimensi yaitu keyakinan atau akidah dan sesuatu
yang di amalkan atau amaliah. Amal perbuatan tersebut merupakan perpanjangan
dan implentasi dari akidah tersebut. Islam adalah agama samawi yang bersumber
dari Allah SWT yang berintikan keimanan dan perbuatan.
Kedudukan
tauhid dalam Islam sangatlah fundamental, karena dari pemahaman tentang tauhid
itulah keimanan seorang muslim mulai tumbuh. Konsep tauhid dalam Islam
merupakan salah satu pokok ajaran yang tidak dapat diganggu gugat dan sangat
berpengaruh terhadap keislaman seseorang. Apabila pemahaman tentang tauhid
seseorang tidak kuat, maka akan goyah pula pilar-pilar keislamannya secara
menyeluruh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hal- hal yang
Mendukung Naiknya Iman Seseorang
Adapun hal-hal yang mendukung
naiknya iman seseorang yaitu:
1.
Mempelajari ilmu syar’i
Keutamaan mempelajari ilmu syar’i sangatlah
banyak diantaranya adalah Allah akan mengangkat derajat seorang mu’min yang
berilmu melebihi orang yang tidak memiliki ilmu. Sebagaiman yang Allah
firmankan,
يَرْفَعِ
اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang
yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” ( QS. Al-Mujadilah : 11 )
Apabila seseorang menguasai ilmi syar’I maka
dia akan mengetahui hal-hal yang dicintai Allah dan yang dibenci Allah, dan
mengetahui hal-hal yang dapat mendekatkan dia kepada Allah serta hal-hal yang
dapat menambah keimanannya.
2.
Memperbanyak membaca Alquran dan mentadabburi-nya
Allah menurunkan Alquran
sebagai rahmat dan penerang untuk hamba- Nya. Allah
berfirman,
كِتَابٌ
أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ
أُولُو الْأَلْبَابِ
“Kitab Alquran yang kami turunkan kepadamu
yang penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang
memiliki akal dapat mengambil pelajaran.” (QS. Shad: 29
)
Barang siapa yang mentadabburi ayat-ayat
Allah dia akan mengetahui besarnya kekuasaan dan keagungan Allah sehingga
imannya pun akan bertambah.
3.
Memahami nama-nama Allah dan sifat-sifatnya
Jika seseorang memahami dengan benar indahnya
nama-nama Allah dan sempurnanya sifat-sifat-Nya maka kecintaannya kepada Allah
dan pengharapannya kepada-Nya akan bertambah, sehingga dia akan semakin khusyu’
dalam melaksanakan ibadah.
4.
Menghayati perjalanan hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dengan menghayati kehidupan Rasulullah kita
mengetahui bagaimana semangat beliau dalam menyampaikan risalah Allah walaupun
banyaknya rintangan yang dihadapinya, sehingga kitapun dapat mengambil
pelajaran darinya untuk meningkatkan iman kita.
5.
Menghayati keagungan-keagungan syari’at islam
Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan
syariat-Nya dengan segala kesempurnaan, tidak ada cacat padanya, Jika seorang
mu’min manghayati hal ini maka ia akan mengetahu bahwa Allah tidaklah
menurunkan syariatNya untuk menyusahkan hamba-Nya sebagai mana yang Allah
firmankan,
وَمَا جَعَلَ
عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
“Dan Dia tidak menjadikan kesukaran untuk
kalian dalam agama.” ( Q.S
Al-hajj: 78)
Maka jika hal ini telah diketahui maka
hendaknya bagi setiap muslim bersemangat dalam beramal dengan ikhlas.
6.
Men-tadabburi ciptaan-ciptaan Allah
Jika kita
perhatikan makhluk-makhluk ciptaan Allah baik dari yang paling besar sampai
yang terkecil, niscaya kita akan mendapatkan hal-hal yang sungguh menakjubkan.
Lihatlah matahari, betapa cahayanya begitu terang menyinari alam ini. Tidak
berhenti sampai disitu saja, perhatikanlah betapa banyak manfaat dari sinar
matahari ini yang kalau kita mau jabarkan maka sungguh tak terhingga jumlahnya.
Lalu bagaimana matahari tersebut tidak pernah redup walau sehari saja, tidak
seperti lampu yang lama-kelamaan akan berkurang fungsionalitasnya?!!
Mataharipun selalu terbit dari tempatnya, dan tidak seharipun terbit dari arah
yang berlawanan. Inilah matahari yang merupakan makhluk Allah yang sering kita
konsumsi nikmatnya, akan tetapi kita jarang memperhatikannya secara detail.
Dan makhluk Allah sungguh banyak tidak
terbatas matahari saja, maka banyak pula hal-hal yang mengagumkan dibalik
penciptaan-Nya tersebut, yang pada akhirnya kita harus jujur bahwa Sang
Pencipta segala makhluk-makhluk itu pasti Maha Agung Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Sudah selayaknya ini menjadi sarana kita untuk menambah keimanan kita
pada-Nya
7.
Bersemangat dalam mengamalkan amal-amal
shalih dengan ikhla
Karena sesungguhnya setiap amal shalih yang
dikerjakan oleh seorang mu’min dengan ikhlas akan menambah keimanannya, karena
iman bertambah dengan banyaknya amal ketaatan yang dilakukan seorang mu’min. Oleh
karena itu, suatu keharusan bagi seorang mu’min untuk berusaha mengikhlaskan
niatnya dan bersungguh sungguh dalam beramal.
8.
Bergaul dengan orang-orang shalih
Tidak
diragukan lagi bahwa berteman dengan orang-orang yang shalih adalah sebab
meningkatnya iman seseorang karena di dalam bergaul dengan mereka seseorang
akan sering mendapatkan nasehat dan peringatan yang bermanfaat untuk dirinya.
B.
Hal- hal yang Menjadikan Iman Seseorang Turun
Adapun hal-hal yang
menjadikan iman seseorang menjadi turun yaitu:
1.
Terkotori oleh kemaksiatan
Kemaksiatan berapapun
kecilnya adalah berbahaya, bukankah Nabi SAW bersabda: “Apabila seorang
hamba berbuat dosa, maka diberikan noda hitam dalam hatinya.” Maka
janganlah melihat kecilnya sebuah maksiat, tapi lihat kepada siapa maksiat itu
diarahkan?
Imam Ibnu Katsir
dalam tafsirnya meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa makna hajrul-qur’an
(meninggalkan al-Qur’an) dalam surat al-Furqan bukan hanya berarti tidak
membaca, melainkan juga tidak mau menghafal dan mengamalkan al-Qur’an. Maka
saat ditimpa musibah berat, jangan sedih, mungkin sedemikian banyaklah dosa
kita.
Tapi kita tak perlu putus asa,
karena jika bertaubat insya Allah akan dihapus dosa tersebut oleh Allah SWT,
sebagaimana kata para ulama : La Kaba’ir ma’al Istighfar, wala Shagha’ir
ma’al Istimrar.
2.
Berlebih-lebihan dalam hal yang mubah
Memang mubah adalah boleh,
tapi jika berlebihan maka dapat merusak amal, minimal menyia-nyiakan waktu yang
sangat berharga. Dalam Kitab at-Tauhid, Imam Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa
pintu masuk syetan yang terakhir adalah pintu ini, setelah pintu murtad, pintu
syirik, pintu bid’ah, pintu kufur, pintu maksiat dan pintu makruh.
3.
Tidak sadar akan nilai nikmat Allah
Dalam Al Quran surat al-Kautsar
ayat 1
!$¯RÎ) »oYøsÜôãr& trOöqs3ø9$# ÇÊÈ
“Sesungguhnya Kami telah memberikan
kepadamu nikmat yang banyak.”
Maka nikmat RABB-mu
yang mana lagi yang akan kamu dustakan (dengan tidak bersyukur/beribadah)?
Sampai-sampai kita masuk jannah-pun karena nikmat-Nya dan bukan karena amal
kita (HR Bukhari Muslim).
4.
kebutuhan kita terhadap amal-amal
Di antara manfaat istighfar adalah menambah kekuatan fisik, rizki, dan
lain-lain.
Fenomena yang ada di antaranya ialah banyak menyia-nyiakan waktu, menunda-nunda
atau bahkan sampai tak tahu apa yang akan dikerjakan lagi.
5.
Lemahnya pemahaman yang benar tentang hakikat pahala yang berlipat ganda
Di antara amal yang paling
dicintai Allah adalah yang kontinyu walau sedikit. Nabi SAW, jika ada waktu
istirahat maka istirahat beliau SAW adalah melakukan shalat.
6.
Melupakan kematian dan apa yang menanti setelahnya
Allah mengingatkan kita untuk
senantiasa mempersiapkan bekal untuk setelah mati Kata Ali ra: “Shalatlah
kalian seperti shalatnya seorang yang akan meninggalkan dunia.” Pesan Abubakar
pada Aisyah ra: “… dan jika aku sudah meninggal, maka kafanilah aku dengan kain
yang paling murah, karena ia hanya akan menjadi wadah nanah dan darah…”
7.
Mengira amalnya sudah cukup
Janganlah kita merasa bahwa amal yang kita lakukan adalah belum cukup.
Bagaimana bisa kita merasa cukup bekal untuk perjalan yang amat jauh dan sangat
lama di akhirat. Sementara para sahabat yang hidup semasa Rasulullah saja
merasa dirinya adalah yang paling kurang amalnya. Padahal pernyataan mereka
dalam meyatakan hadis tak diragukan kejujurannya.
8.
Terlalu banyak tugas & pekerjaan
Maka harus tawazun, ingat kisah
Salman & Abu Dzar ra. Nabi SAW membagi waktunya dalam 3 bagian: 1/3 untuk
Rabb-nya, 1/3 untuk keluarganya & 1/3 untuk ummatnya.
9.
Ditunda-tunda & dinanti-nanti
Sabda nabi SAW: “Persiapkanlah
yang 5 sebelum datang yang 5: Masa mudamu sebelum masa tuamu, masa
sehatmu sebelum masa sakitmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, masa kayamu
sebelum masa miskinmu dan masa hidupmu sebelum masa matimu.” Orang yang kuat menurut Umar ra
adalah orang bersegera dalam setiap amal.
10. Menyaksikan sebagian panutan
dalam kondisi pengabaian
Imam Ghazali
menyebutkan bahwa salah satu dosa kecil yang bisa menjadi dosa besar adalah
dosa kecil yang dilakukan oleh ulama, karena dapat mengakibatkan ditiru orang
lain. Oleh karenanya maka Nabi SAW demikian menekankan disiplin pada
keluarganya (Fathimah ra, Ali ra, Hasan & Husein ra) sebelum orang lain.
C.
Solusi Untuk Mengatasi Menurunnya Iman
Keimanan manusia tidak selamanya
bisa berjalan pada satu garis lurus.. Ada kalanya keimanan itu naik tapi ada
kalanya turun.. begitu juga pada saat penerapan dan pelaksanaan akidah agama.
Ada kalanya malas dan ada kalanya terlalu rajin Lalu bagaimana cara menjaga
iman kita agar tetap stabil? Trus gimana juga cara menjaga hati kita agar tetap
bersih dan bisa mempunyai hati seluas samudera yang bisa ikhlas menerima apapun
yang terjadi dengan mengharap ridha’ Allah. Adapun solusi Sikap istiqamah untuk
memelihara iman agar terus meningkat diantaranya yaitu :
1.
Niat yang kuat untuk senantiasa istiqamah menjaga iman kita kepada Allah
Subanahu wa Ta’ala
2.
Banyak berdzikir dan sering – sering mengikuti pengajian atau majlis ta’lim
langsung atau melalui media-media massa dan elektronik
3.
Memperbanyak istighfar, mohon ampunan kepada Allah,mengingat-ingat kematian
dan perbanyak silaturrahmi
4.
Hindari kegiatan-kegiatan yang tidak mendatangkan manfaat dan Jauhi
tempat-tempat maksiat
5.
Banyak mengambil ibrah atau pelajaran hidup dari orang lain dan Senantiasa
melakukan Muhasabah / Intropeksi diri setiap saat
6.
Hindari berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan muhrim, karena syaithan
senang dan akan menggelincirkan.
7.
Berdoalah yang banyak kepada Allah , agar tetap bisa istiqamah, terjaga
iman kita bahkan semakin bertambah.
D.
Cara Memelihara Keimanan
Adapun beberapa cara
memelihara keimanan kita yaitu:
1.
Menanam pemahaman yang benar, kuat dan dalam Aqidah dan pemahaman Islam
Ibarat tumbuhan, bila tidak memiliki akar yang kuat menghujam ke dalam
bumi, maka dia tidak akan bisa tegak berdiri. Angin sepoi-sepoi yang berhembus
sudah dapat membuatnya roboh. Sebaliknya, pohon yang akarnya menghujam kebumi
tidak akan bergerak meski angin ribut bercampur badai mengamuk.
“Tidakkah kamu
perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti
pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya ke langit, pohon itu memberikan
buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS.
Ibrahim : 24-25).
Sehingga agar aqidah
dan pemahaman Islam ini menjadi kuat dan tegak, haruslah ditanam dengan benar
agar akar-akarnya benar-benar menghujam ke bumi. Batangnya akan kuat menahan
gempuran sebesar apapun. Dalam hal ini adalah sistem pembinaan yang menekankan
kedalaman aqidah dan keaslian ajaran Islam serta kemampuan untuk dapat
mengakses langsung sumber-sumber Islam dari mata airnya menjadi sesuatu yang
mutlak untuk dilakukan.
2.
Selalu mengaitkan semua kejadian dan pengalaman hidup kepada Allah
Agar iman ini benar-benar menyatu
dalam jiwa, maka kita perlu menjadikan iman sebagai kacamata kehidupan
sehari-hari dengan tidak membiarkan satu tititk pun dalam kehidupan kita yang
tidak dirambah dengan pendekatan syar`i.
Untuk itu kita harus selalu
menghadirkan Allah dalam setiap langkah dan aktifitas kita. Realisasinya adalah
selalu menjadikan syariat Islam sebagai format berpikir, memandang dan
bertindak dalam setiap sendiri kehidupan sehari-hari.
3.
Tekadkan diri setiap hari pokoknya aku harus baca Alqur'an
Dengan pemahaman
setiap hari apapun yang terjadi Bersahabat dengan sahabat yang lebih sholeh
dari kita, "jadilah orang sholeh, kalau tidak mendekatkanlah pada orang
sholeh karna ia akan selalu mengajakmu ke jalan ALLAH.
4.
Hadirilah majlis ilmu dan zikir
5.
Ilmu yang didapat diamalkan atau ihyaussunnah
Karena tahu keutamaan ke mesjid
lalu kemesjid maka bertambah kuat iman kita, karna tahu keutamaan selalu wudhu
lalu selalu wudhu maka tambah kuat iman kita, demikian seterusnya ilmu
6.
Bukalah Al-Quran di tengah malam
Bacalah pelan-pelan di malam hari
sendirian, baca terjemahannya, resapi maknanya.
7.
Bangun malam hari
Hal pertama berwudhulah, dan
tunaikan shalat qiyamul lail
sendirian. ” Umar bin Khathab Radhiyallahu Anhu selalu minta
disediakan secawan air di sebelah tempat tidurnya. Begitu terbangun,
tangannya di basahinya dan di usapkannya kewajahnya, langsung bangkit
berwudhu dan shalat.
8.
Bangunkan orang lain sebelum subuh
Bangunkan anggota keluarga yang
lain dengan lemah lembut untuk melakukan hal yang sama dengan kita.
9.
Tunaikan shalat subuh berjama’ah
Bagi laki-laki shalat subuh
sempatkan di masjid,bagi wanita shalat berjama’ah di rumah pun baik.
10. Kegiatan utama shalat
Aturlah agenda harian kita
,berdasarkan rotasi lima waktu shalat,rancanglah semua agenda kerja dan
kegiatan sedemikian
rupa, yang membuat kita sudah berada di tempat menunaikan shalat dalam
keadaan berwudhu minimal 15 menit sebelum adzan berkumandang. InsyahAllah
berkah demi berkah akan di limpahkan kepada kita.
11. Bacakan ayat dan hadist
Pilihlah satu ayat Al-Quran dan
satu hadist
Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam,kepada orang-orang di rumah kita sebagai
hadiah di pagi hari, jadikan ayat dan hadist itu bahan obrolan pertama sebelum
berbincang tentang hal lain.
12. Berpuasa/shaum
Lakukanlah shaum sunnat sebanyak
mungkin, karena orang yang bershaum doanya di ijabah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sedangkan doa adalah senjata utama orang Mu’min.
13. Berinfaq dan bershadaqah
Apapun bentuk harta yang kita
miliki semampunya Itu sepenuhnya hak Allah.
Gunakan harta itu sesuai kehendak pemilik-Nya yang sejati. Dengan memperbanyak
shadaqah dan berinfaq untuk menunjukkan kepada Allah, bahwa harta yang ada pada
kita sama sekali tidak mengganggu kesadaran kita.
14. Bersahabat
Bergaul dan bersahabatlah
sebanyak dan sesering mungkin
dengan sesama orang yang memiliki iman, dahulukan iman, ibadah, ilmu dan amal shaleh, bila bergaul dengan
orang yang masih lemah iman, perlakukan lemah lembut dengannya dengan tujuan
kita membagi kelezatan iman yang sudah kita rasakan. kita akan di hidupkan
bersama dengan teman kita semasa hidup.
BAB III
KESIMPULAN
Iman
dalam kehidupan umat muslim perlu kita pelajari dan amalkan. Akidah adalah
beberapa perkara yang wajib di yakini kebenarannya oleh hati, dapat
mendatangkan ketentraman jiwa dan menjadi keyakinan yang tidak tercampur dengan
keraguan-keraguan. Tauhid adalah konsep dalam aqidah islam yang menyatakan
keesaan Allah.Sedangkan iman menurut pengertian sesungguhnya ialah kepercayaan
yang meresap ke dalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan
ragu serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup. Akidah yang benar merupakan
landasan tegaknya agama dan kunci diterimanya amalan.Dan
seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan
hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat diterimanya
amal perbuatan disamping harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah.
Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada
Islam, Iman memiliki cakupan yang lebih umum dari pada cakupan Islam, karena ia
mencakup Islam, maka seorang hamba tidaklah mencapai keImanan kecuali jika
seorang hamba telah mampu mewujudkan nnkeislamannya.
DAFTAR PUSTAKA
Kaelany. 2005. Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan. Jakarta:
PT Bumi Aksara
Hakimi, Hafizh. 1998. 200 Tanya Jawab Akidah Islam.
Jakarta: Gema Insani Press
Sutoyo. 2007. Fiqih, Jepara: Al-Kautsar
Hakim, ABD.M. 1999. Metodologi Studi Islam. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Kaelany, Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, (
Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2005), hlm.41.
Hafizh
Hakimi, 200 Tanya Jawab Akidah Islam, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1998), hlm.37-39
Sutoyo, Fiqih, (Jepara: Al-Kautsar, 2007), hlm.18-28
ABD. Hakim, Metodologi Studi Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1999), hlm.149
Komentar
Posting Komentar