BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi secara umum mempelajari
gejala-gejala kejiwaan manusia yang berkaitan dengan pikiran ( cognisi ), perasaan ( emotion ). Gejala tersebut secara umum
memiliki cirri-ciri hampir sama pada diri manusia dewasa, normal dan beradap.
Dapat juga bahwa psikologi agama adalah ilmu juga yang mempelajari kehidupan
beragama seseorang dalam ruang lingkup keseharian pada tingkah laku dan
sikapnya dalammerealisasikan keagamaan.
Setiap manusia akan berbeda dalam
pengertian agama, namun akan tetap sama dalam permaknaannya ( tafsir ). Dalam
hal ini pribadatan agama akan menunjukkan jalan keseluruhan bagi manusia untuk
sentiasa mengabdikan dirinya kepada tuhan.
B. Rumusan Masalah
1. Fitrah Sebagai Potensi Beragama.
2. Teori Fakulti.
3. Teori Monistik.
C. Tujuan Masalah
1. Kita bisa mengetahui bagai mana yang
dimaksud fitrah sebagai potensi beragama?
2. Bagaimana yang dimaksut teori fakulti?
3. Apa yang dimaksud dengan teori monistik?
BAB III
PEBAHASAN
A.
Fitrah Sebagai
Potensi Beragama
Fitrah
diungkapkan dalam Al-Quran sebanyak 20 kali yang tergelar dalam 17 surat. Diantara yang memuat kata fitah adalah QS.
Al- Ruum ayat 30 yang artinya sebagai berikut: maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama ( Allah ): ( tetaplah atas )
fitrah allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan
pada fitrah Allah. ( Itulah ) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui ( QS. A-Ruum: 30 ). Fitrah tersebut menunjukkan bahwa manusia
diciptatakan oleh Allah Swt. Menurut fitrahnya. Fitrah ini merupakan citra
manusia yang penciptaannya tidak ada perubahan, sebab jika berubah maka
eksistensi manusia menjadi hilang.
Keajaiban
fitrah sebagai pertanda agama yang lurus, walaupun hal itu tidak diketahui oleh
kebanyakan manusia. Syaikh Nadm dalam bukunya Qishalul islam yang
diterjemahkan. A. Hanafi dengan kisah mencari tuhan, menggambarkan bahwa
keraguan manusia itu terjadi ketika mengungkapkan penciptaan alam dari tidak
ada menjadi ada. Manusia dengan bekal akal budi telah membuat para malaikat
kekagum-kaguman.
Kemampuan
kreatifitasnya sangat luar biasa. Bekal tuhan untuk manusia benar-benar teruji
oleh malaikat. Namun, manusia juga luput dari kelemahan , dan yang sangat
menonjol adalah sifat senang dengan yang sudah ada dorongan ingin tahu. Adanya
agama sebagai fitrah akan selalu mengontrol seluruh gerak-gerik manusia.
Ketetapannya akan terus teruji. Walaupun banyak manusia mencoba untuk
memisahkannya dari ilmu pengetahuan, ayatnya akan tetap selalu mengalami
kedangkalan dalam pembahasan dan pola pikir yang mereka sanjung selama ini.
B.
Teori Fakulty (
faculty theory )
Teori
ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber pada suatu
faktor yang tunggal tetapi terdiri atas
beberapa unsur, antara lain dianggap memegang peranan penting adalah: fungsi
cipta ( reason), rasa ( emotion
) dan karsa ( will ). Demikian pula
perbuatan manusia yang bersipat keagamaan dipengaruhi dan ditentukan oleh tiga
fungsi tersebut:
1.
Cipta
( reason )
Merupakan fungsi intelektual jiwa manusia.
Ilmu kalam ( theology ) merupakan
cerminan adanya pengaruh fungsi intelek ini. Melalui cipta orang dapat minilai
dan membandingkan dan selanjutnya memutuskan suatu tindakan terhadap stimulan
tertentu. perasaan intelek ini dalam agama
merupkan suatu kenyataan yang dapat dilihat, terlebih-lebih dalam agama
modern peranan dan fungsi reason ini sangat menentukan.
Dalam lembaga-lembaga keagamaan yang
menggunakan ajaran berdasarkan jalan pikiran yang sehat dalam mewujudkan ajaran-ajaran yang masuk akal, fungsi berpikir sangat diutamakan. Malahan ada yang beranggapan bahwa agama yang
ajarannya tidak sesuai dengan akal merupakan agama yang kaku dan mati.
2.
Rasa
( emotion )
Suatu tenaga dalam jiwa manusia yang
banyak berperanan dalam membentuk motivasi dalam corak tingkah laku
seseorang.betapapun pentingnya fungsi
reason, namun jika digunakan secara berlebih-lebihan akan menyebabkan
ajaran agama itu menjadi dingin.
Untuk itu fungsi reason, hanya pantas berperanan dalam pemikiran mengenai super natural, saja, sedangkan untuk member makna dalam kehidupan
beragama diperlukan penghayatan yang
seksama dan mendalam sehingga ajaran itu tampak
hidup. Jadi yang menjadi obyek penyelidikan sekarang pada dasarnya
adalah bukan anggapan bahwa pengalaman keagamaan seseorang itu dipengaruhi oleh
emosi,melainkan sampai beberapa jauhkah peranan emosi itu dalam agama. Sebab
jika secara mutlak emosi yang berperanan tunggal adalam agama, maka ia akan
mengurangi nilai agama itu sendiri sebagai mana yang dikemukakan oleh W. H.
Clark, upacara keagamaan yang hanya menimbulkan keributan bukanlah merupakan
agama sama sekali.
3.
Karsa
( will )
Merupakan fungsi eksekutif dalam jiwa
manusia. Will berfungsi mendorong
timbulnya pelaksanaan doktrin serta
ajaran agama berdasarkan fungsi
kejiwaan. Mungkin saja pengalaman agama
seseorang bersifat intelek ataupun emosi, namun juka tanpa adanya peranan will maka agama tersebut belum tentu
terwujud sesuai dengan kehendak reason aatau emosi. Masih diperlukan suatu tenaga
pendorong agar ajaran keagamaan itu menjadi suatu tindak keagamaan.
Jika hal yang demikian terjadi misalnya
orang tersebut berbuat suatu yang bertentangan dengan kehendaknya, maka itu
berarti fungsi willnya lemah . jika
tingkah laku keagamaan itu terwujud dalam bentuk perwujudan yang sesuai dengan
ajaran keagamaan dan selalu mengimbangi tingkah laku, perbuatan dan
kehidupannya sesuai dengan kehendak tuhan. Maka berarti fungsi willnya kuat. Suatu kepercayaan yang
dianut tidak akan berarti sama sekali apabila dalam keyakinan kepercayaan itu will berfungsi wajar.
Sejalan dengan fungsi reason dan emosi , maka fungsi will
pun tidak boleh berlebih-lebihan. Jika hal itu terjadi maka akan terlihat
tindak keagamaannya yang berlebih-lebihan pula. Keadaan yang demikian itu akan
menyebabkan penilaiaan masyarakat terhadap agama itu tidak akan mendapat tempat
yang sewajarnya. Mungkin golongan yang demikian itu melaksanakan ajaran
keagamaan dengan secara efisien tetapi
pada dasarnya mereka belum dapat menempatkan ajaran keagamaan pada proporsi
yang sebenarnya.
Ketiganya berfungsi sebagai:
a.
Cipta
( reason ), berperan untuk menentukan
benar atau tidaknya ajaran ajaran suatu agama berdasarkan pertimbangan intelek
seseorang.
b.
Rasa
( emotion ) menimbulkan sikap batin
yang seimbang dan positif dalam menghayati kebenaran ajaran agama.
c.
Karsa
( will ) menimbulkan amalan-amalan
atau doktrin keagamaan yang benar dan
logois.
Beberapa pemuka teori fakulti
1)
G.M.
Straton
G .M. Straton mengemukakan teori “ konflik”.
Ia mengatakan, bahwa yang menjadi sumber
kejiwaan agama adalah adanya konflik dalam kejiwaan manusia. Keadaan yang
berlawanan seperti, baik-buruk,moral-immoral, kefasipan-keaktifa, rasa rendah
diri dan rasa harga diri menimbulkan pertentangan ( konflik ) dalam diri
manusia.
Dikotomi ( serba dua ) termasuk
menimbulkan rasa agama dalam diri manusia. Adanya dikotomi itu merupakan
kenyataan dalam kehidupan jiwa manusia. Konflik selain dapat membawa kemuduran
( kerugian ) tetapi ada juga dalam kehidupan sehari-hari konflik mmbawa kea rah
kemajuan, seperti konflik dalam ukuran moral dan ide-ide keagamaan dapat
menimbulkan pandangan baru.
Jika konflik itu sudah demikian mecekam
manusia dan mempengaruhi kehidupan kejiwaannya, maka manusia itu mecari
pertolongan kepada suatu kekuasaan yang tertinggi ( Tuhan ). Seperti Sigmund
Freud berpendapat bahwa dalam setiap organis terdapat dua konflik kejiwaan yang
mendasar yaitu:
a.
Life-urge,
ialah keinginan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dari keadaan yang
terdahulu agar terus berlanjut.
b.
Deadh-urge,
ialah keingia untuk kembali ke keadaan semula sebagai beda mati ( anorganis )
Selajutnya
G.M. Straton berpendapat konflik yang positif tergantung atas adanya doronga
pokok yang merupakan dorongan dasar ( basic-urge ), sebagai keadaan yang
menyebabkan timbulnya konflik tersebut. Melanjutkan pendapat tersebut kemudian
dalam penerapannya W.H. Clark berpendapat
berdasarkan keingina dasar yang dikemukakan oleh Sigmund Freud itu
berpendapat, bahwa ekspresi dari pertetangan antara death -urge dan life-urge merupakan sumber kejiwaan agama dalam
diri manusia.
Jadi
dalam hal ini W.H. Clark meggabungkan pendapat antara G.M.Straton dengan teori
konfliknya dan teori Sigmund Freud
berupa dominasi antara life-urge dan death-urge. Dalam kenyataan kehidupan
keagamaan kita dapat melihat adanya dorongan life-urge ini secara positif hingga para pemeluk agama mengamalkan
agamanya dengan penuk ke ikhlasan dalam hidupnya, dorongan oleh kekuatan akan deadh-urge ( hari akhirat ).
Di
dunia mereka memperluhur budi agar disenangi manusia dan tuhan sehingga
diharapkan akan berumur panjang (life-urge
) serta jika meninggal nantinya akan mendapat tempat secara wajar disisi
tuhannya (deadh-urge ). Life-urge membawa penganut agama kea rah
pandangan yang positif dan liberal sedangkan death-urge membawa kea rah sikap pasif dan konservativisme ( jumud
). Menurut penelitian W.H.Clark 58% dari
hymne gerejani mencerminkan keinginan dan harapan bagi kesenangan hidup di ahri
akhirat. Irama yang demikian menyebabkan kecendrungan ajaran agama nasrani kearah konservatif.
Ini merupakan salah satu penyebab timbulnya reformasi dalam agama nasrani.
Misalnya timbulnya protestan pantekosta dan lain sebagainya.
2)
Zakiah
Daradjat
Dr. Zakiah Darajat berpendapat bahwa pada
diri manusia itu terdapat kebutuhan pokok. Beliau mengemukakan, bahwa selain
dari kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani manusiapun mempunyai satu kebutuhan
akan adanya kebutuhan akan keseimbangan dalam
kehidupan jiwanya agar tidak mengalami tekanan.
Unsure-unsur
kebutuhan yang dikemukakan yaitu:
a.
Kebutuhan
akan rasa kasih sayang kebutuhan yang menyebabkan manusia mendambakan rasa kasih. Sebagai mana pernyataan tersebut dalam bentuk negatifnya dapat kita
lihat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya, mengeluh, mengadu, menjilat kepada
atasan mengambinghitamkan orang dan lain sebagainya. Akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan ini maka akan
timbul gejala psiko-somatis misalnya, hilang nafsu makan, pisimis, keras kepala, kurang tidur dan
lain-lain.
b.
Kubutuhan
akan rasa aman, kebutuhan yang mendorong
manusia mengharapkan adanya perlindungan. Kehilangan rasa aman ini akan
mengakibatkan manusia sering curiga, nakal, mengganggu terhadap dirinya,
misalnya, sistem perdukunan, pertapaan dan lain-lain.
c.
Kebutuhan
akan rasa harga diri, kebutuhan yang bersifat individual yang mendorong manusia
agar dirinya dihormati dan diakui oleh orang lain. Dalam kenyataannya terlihat
misalnya, sikap sombong, ngambek, sifat sok tahu dan lain-lain. Kehilangan rasa
harga diri ini aakan mengakibatkan tekanan batin,misalnya sakit jiwa, delusi
dan illusi.
d.
Kebutuhan
akan rasa bebas, kebutuhan yang menyebabkan
seseorang bertindak secara bebas,
untuk mencapai kondisi dan situasi rasa lega. Kebebasan dapat dalam bentuk
tindakan ataupun pernyataan verbal. Kebutuhan akan rasa bebas ini terlihat dari
pernyataan kebebasan untuk menyatakan keinginan sesuai dengan pertimbangan
batinnya, misalnya, melakukan sesuatu dan menyatakan sesuatu.
e.
Kebutuhan
akan rasa sukses, kebutuhan manusia yang menyebabkan ia mendambakan rasa
keinginan untuk dibina dalambentuk penghargaan terhadap hasil karyanya. Jika
kebutuhan akan rasa sukses ini ditekan, maka seseorang yang mengalami hal
tersebut akan kehilngan harga dirinya.
f.
Kebutuhan
akan rasa ingin tahu ( mengenal ), kebutuhan yang menyebabkan manusia selalu
meneliti dan menyelidiki sesuatu. Jika kebutuhan ini diabaikan akan
mengakibatkan tekanan batin,oleh krena itu kebutuhan ini harus sisalurkan untuk
memenuhi pemuasan pembinaan pribadinya.
Menurut Zakiah Darajat selanjutnya gabungan
dari keenam kebutuhan tersebut menyebabkan orang memerlukan agama. Melalui
agama kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat disalurkan. Dengan melaksanakan ajaran
agama secara baik maka kebutuhan akan rasa kasih sayang, rasa aman, rasa harga
diri, rasa bebas, rasa sukses, dan rasa ingin tahu akan terpenuhi.
3)
W.
H. T homas
Melalui the four wishesnya ia mengemukakan, bahwa yang menjadi sumber
kajian agama adalah empat macam keinginan dasar yang ada dalam jiwa manusia yaitu:
a.
Keinginan
untu keselamatan ( security )
Keingina ini tampak jelas dalam
kenyataan manusia untuk memperoleh perlindungan atau penyelamatan dirinya baik
berbentuk biologis maupun non biologis.Misalnya mencari makanan, perlindungan
diri dan lain sebagainya.
b.
Keinginan
untuk mendapat penghargaan ( recognition )
Keinginan ini merupakan dorongan
yang menyebabkan manusia mendambakan adanya rasa ingin dihargai dan dikenal
orang lain. Ia mendambakan dirinya untuk selalu menjdi orang terhormat dan
dihormati.
c.
Keinginan
untuk ditanggapi ( response ).
Keinginan ini menimbulkan rasa ingin
mencintai dan dicintai dalam pergaulan.
d.
Keinginan
akan pengetahuan atau pengalaman baru ( new experience
)
Keinginan ini menyebabkan manusia
mengeksplorasikan dirinya untuk mengenal sekeliling da mengembangkan dirinya.
Manusia pada dasarnya selalu cepat bosan dan jemu terhadap sesuatu dan hal-hal
yang selalu ada disekelilingnya. Mereka selalu ingin mencari dan mengetahui
sesuatu yang tak tampak dan berada di luar dirinya.
Didasarkan atas ke empat ke inginan dasar
itulah pada umumnya manusia itu menganut agama menurut W.H.Thomas. Melalui
ajaran agama yang teratur, maka ke empat
keinginan dasar itu akan tersalurkan. Dengan menyembah dan mengabdi diri kepada
tuhan keinginan untuk keselamatan akan terpenuhi.
Pengabdian menimbulkan perasaan mencintai
dan dicintai. Demikian pula keinginan untuk mendapat penghargaan maka ajaran
agama mengindoktrinasikan konsep akan adanya balasan bagi setiap amal, baik dan
buruk. Juga agama member penghargaan kepada penganutnya yang setia dan ikhlas
melebihi penganut awam lainnya (ningat kaum ulama ,pendeta ataupun pimpinan
lainnya ).
kharisma para pimpinan keagamaan merupakan
ganjaran batin (remuneration ) dalam kehidupan seseorang penganut agama yang
mereka dambakan berdasarkan keinginan untuk dihargai ( recognition ). Selanjutnya penelitian dan penelaahan ajaran-ajaran
keagamaan dapat menyalurkan kebutuhan manusia akan keinginan terhadap
pengalaman dan pengetahuan yang baru ( ingat para mujaddid dan reformer dalam bidang keagamaan )
C. Teori
Monistik ( mono= satu )
Teori
monistik berpendapat, bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama itu adalah satu
sumber kejiwaan. Selanjutnya sumber tunggal manakah yang dimaksut yang paling
dominan sebagai sumber kejiwaan itu timbul beberapa pendapat, yaitu yang dikemukakan
oleh:
1.
Thomas
Van Aquino
Sesuai dengan misalnya Thomas Aquino
mengemukakan bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama itu, ialah berpikir. Manusia- ber-tuhan karena manusia menggunakan
kemampuan berpikirnya. Kehidupan beragama merupakan refleksi dari kehidupan
berpikir manusia itu sendiri. Pandangan semacam ini masih tetap mendapat
tempatnya hingga sekarang dimana para ahli mendewakan rasio sebagai
satu-satunya motif yang menjadi sumber agama.
2.
Fredrick
Hegel
Hampir sama dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Thomas Van Aquino, maka filosof jerman ini berpendapat agama adalah suatu
pengetahuan yang sungguh-sungguh benar dan tempat kebenaran abadi. Berdasarkan
hal-hal atau persoalan yang berhubungan dengan pikiran.
3.
Fredrick
Schleimacher
Berlain dengan pendapat kudua ahli di
atas, maka F. Schleimacher berpendapat, bahwa yang menjadi sumber keagamaan itu
adalah rasa ketergantungan yang mutlak ( sense
of depend ). Dengan adanya rasa ketergantungan yang mutlak ini manusia
merasakan dirinya lemah. Kelemahan ini menyebabkan manusia selalu tergantung
hidupnya dengan suatu kekuasaan yang berada di luar dirinya. Berdasarkan rasa
ketergantungan itulah timbul konsep tentang tuhan.
Manuia merasa tak berdaya menghadapi
tantangan alam yang selalu dialaminya, makanya mereka menggantung harapannya
kepada suatu kekuasaan yang mereka
anggap mutlak adanya. Berdasarkan konsep ini timbullah upacara untuk meminta
perlindungan kepada kekuasaan yang diyakini dapatbmelindungi mereka. Rasa
ketergantungan yang mutlak ini dapat dibuktikan dalam realitas upacara
keagamaan dan pengabdian para penganut agama kepada suatu kekuasaan yang
mereka namakan tuhan.
4.
Rudolf Otto
Menurut tokoh ini sumber kejiwaan agama
adalah rasa kagum yang berasal dari the
wholly other ( yang sama sekali lain ). Jika seseorang dipengaruhi rasa
kagum terhadap suatu yang dianggapnya lain dari yang lain, maka keadaan mental
seperti itu diistilahkan oleh R. Otto Numinous. Perasaan yang semacam itulah
yang menurut pendapatnya sebagai sumber d
ari
kejiwaan agama pada manusia. Walaupun
faktor-faktor lainnya diakui pula R. Otto namun ia berpendapat Numinous
merupakan sumber yang esensial.
5.
Sigmund
Freud
Pendapat S. Freud unsure kejiwaan yang
menjadi sumber kejiwaan agama ialah libido
sexuili ( naluri seksual ). Berdasarkan
libido ini timbullah ide tentang ketuhanan dan upacara keagamaan setelah
melalui proses.
a)
Oedipoes complek
mitos yunani kuno yang menceritakan
bahwa karena perasaan cinta kepada ibunya, maka oedipoes membunuh ayahnya. Kejadian yang demikian itu berawal dari
manusia primitive. Mereka bersekongkol untuk membunuh ayah yang berasal dalam masyarakat promiscuitas. Setelah ayah mereka mati, maka timbullah rasa
bersalah ( sense of guilt ) pada diri
anak-anak itu.
b)
Father image
( citra bapak )
Setelah
mereka membunuh ayah mereka dan dihantui oleh rasa bersalah itu, timbullah rasa
penyesalan. Perasaan itu menerbitkan ide untuk membuat suatu cara sebagai
penebus kesalahan mereka yang telah mereka lakukan. Timbullah keinginan untu
memuja arwah ayah yang telah mereka bunuh itu, karena khawatir akan pembalasa
arwah tersebut. Realisasi dari pemujaan itulah menurutnya sebagi asal dari
upacara keagamaan. Jadi menurut Freud, agama muncul dari ilusi ( khayalan ) manusia.
Sebagai
salah seorang ahli psikologi instink, ia berpendapat bahwa memang instink
khusus sebagai sumber agama tidak ada.
Ia berpendapat sumber kejiwaan agama merupakan kumpulan dari beberapa instink. Menurut Mac
Dougall, pada diri manusia terdapat 14 macam instink. Maka agama timbul dari
dorongan instink secara terintekrasi. Namun demikian teori instink agama ini
banyak mendapat bantahan dari para ahli pisikologi agama. Alasannya, jika agama
merupakan instink, maka setiap orang tanpa harus belajar agama pasti akan
terdorong secara psontan ke gereja, begitu mendengar bunyi lonceng greja.
Tetapi kenyataannya tidak demikian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fitrah ini merupakan citra
manusia yang penciptaannya tidak ada perubahan, sebab jika berubah maka
eksistensi manusia menjadi hilang
Teori fakulti ( faculty theory )
Teori
ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber pada suatu
faktor yang tunggal tetapi terdiri atas
beberapa unsur, antara lain dianggap memegang peranan penting adalah: fungsi
cipta ( reason), rasa ( emotion
) dan karsa ( will )
Teori Monistik ( mono= satu )
Teori
monistik berpendapat, bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama itu adalah satu
sumber kejiwaan. Selanjutnya sumber tunggal manakah yang dimaksut yang paling
dominan sebagai sumber kejiwaan itu timbul beberapa pendapat, yaitu yang
dikemukakan oleh:
Thomas Van Aquino
Sesuai
dengan misalnya Thomas Aquino mengemukakan bahwa yang menjadi sumber kejiwaan
agama itu, ialah berpikir.
DAFTAR PUSTAKA
Mujib, Abdul, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2002.
Sakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang,
1970.
Komentar
Posting Komentar