MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

MAKALAH KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS


PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar agar tercapai kondisi optimal sehingga kegiatan proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan afektif dan efesien. Di dalam belajar mengajar, kelas merupakan tempat yang mempunyai ciri khas yang digunakan untuk belajar. Belajar memerlukan konsentrasi, oleh karena itu perlu menciptakan suasana kelas yang dapat menunjang kegiatan belajar yang afektif. Adapun tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di dalam kelas dapat belajar dengan tertib sehingga tujuan pengajaran dicapai secara efektif dan efesien.
Guru sangat berperan dalam pengelolaan kelas, apabila guru terampil mengelola kelasnya dengan baik maka akan mudah bagi guru untuk mencapai tujuan yang telah yang dirumuskan. Kelas yang efektif mewujudkan bahwa guru-guru dapat berdampak pada tingkah laku dan hasil belajar siswa. Untuk itu guru membuat perencanaan pengelolaan dan pengajaran dengan cara tertentu agar siswa berhasil dan mencapai tujuan pengajaran.

B.            Rumusan Masalah
1.        Bagaimana yang dimaksud Keterampilan Mengelola Kelas ?
2.        Apa saja Masalah Dalam Pengelolaan Kelas ?
3.        Bagai mana yang dimaksud Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas ?

C.            Tujuan Masalah
1.        Untu mengetahui apa yang dimaksud Keterampilan Mengelola Kelas
2.        Untuk mengetahui Apa saja Masalah Dalam Pengelolaan Kelas
3.        Untuk mengetahui bagaimana Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas



PEMBAHASAN

A.           PENGERTIAN KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
Menurut bahasa ”keterampilan” artinya kecakapan untuk menyelesaikan tugas.[1] Sedangkan menurut istilah ”keterampilan” adalah sekumpulan pengetahuan dan kemampuan yang harus dikuasai. Kemudian ”mengelola” menurut bahasa artinya mengendalikan, menyelenggara, mengurus, menjalankan. Menurut istilah ”mengelola” adalah penciptaan suatu kondisiyang memungkinkan belajar siswa menjadi optimal.
Seorang guru yang berhasil dalam mengajar bukan saja ditentukan oleh hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, seperti perumusan tujuan secara tepat dan jelas, pemilihan pengajar, penguasaan materi yang memadai, pemilihan metode mengajar yang tepat, serta lengkapnya sumber belajar. Tetapi ada juga hal-hal yang menentukan keberhasilan seorang guru seperti kemampuan guru dalam mencegahnya timbul tingakah laku siswa yang mengganggu berlangsungnya kegiatan belajar mengajar serta keterampilan guru dalam mengelolanya.[2]
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru dalam menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal serta guru mampu mengembalikannya bila terjadi masalah dan gangguan dalam proses belajar mengajar. Dalam artian, kegiatan-kegiatan untuk memelihara kondisi belajar yang optimal dan mempertahankan kondisi belajar apabila terjadi suatu gangguan dan masalah ketika proses belajar mengajar berlangsung. Adapun yang termasuk ke dalam hal ini, seperti halnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, memberikan ganjaran bagi siswa yang tidak menepati waktu yang telah disepakati.[3]

B.            MASALAH DALAM PENGELOLAAN KELAS
Menurut Abdul Majid dalam pengelolaan kelas terdapat dua masalah yakni masalah individual dan masalah kelompok.[4] Tindakan pengelolaan kelas seorang guru akan efektif apabila guru dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi. Adapun masalah-masalah pengelolaan kelas akan dijelaskan di bawah ini sebagai berikut:
1.         Masalah Individu
Masalah individu muncul karena dalam individu ada kebutuhan yang ingin diterima oleh kelompok dan ingin mencapai harga diri. Apabila kebutuhan individu tidak dapat dipenuhi melalui cara yang baik, maka individu yang bersangkutan akan mencari cara lain untuk mencapai kebutuhannya dengan berbuat tidak baik. Perbuatan yang tidak baik itu menurut Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel digolongkan ke dalam empat point, yakni:
a.          Attetion Getting Behaviors
Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain. Misalnya membadut di kelas, atau berbuat lamban sehingga memerlukan pertolongan ekstra.
b.         Power Seeking
Maksudnya adalah tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan. Misalnya selalu mendebat, kehilangan kendali emosional (marah, menangis) atau selalu lupa pada peraturan di kelas.
c.          Revenge Seeking Behaviors
Maksunya adalah tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain. Misalnya menyakiti orang lain dengan perkataan-perkataan yang tidak baik, memukul, menggigit dan lain-lain.
d.        Passive Behaviors
Maksudnya peragaan ketidak mampuan, yakni sama sekali menolak untuk mencoba melakukan suatu apapun karena khawatir gagal.8
Dari ke empat tindakan individu di atas menurut Maman Rahman akan mengakibatkan terbentuknya empat pola tingkah laku yang sering nampak pada usia sekolah yakni:
a.    Pola aktif kontruktif, yaitu tingkah laku yang ekstrim, ambisius untuk menjadi super stars di kelasnya dan berusaha membantu guru dengan penuh vitalitas dan sepenuh hati.
b.    Pola aktif dekstruktif, yaitu pola tingkah laku yang diwujudkan dalam bentuk suka marah, kasar dan pemberontak.
c.    Pola konstuktif, yaitu pola yang menunjukkan kepada satu bentuk tingkah laku yang lamban denagn maksud agar selalu dibantu dan diharapkan perhatian.
d.   Pola pasif destruktif, yaitu pola tingkah laku yang menunjuk sifat malas dan keras kepala.
Ada empat tipe tingkah laku yang kurang baik dalam masalah individual ini yakni, bentuk tingkah laku mencari perhatian yang aktif dan fasif. Bentuk mencari perhatian yang aktif bersifat merusak seperti bergaya sok, melawak, mengacau, menjadi nakal, anak yang terus menerus bertanya atau rewel. Adapun bentuk fasifnya yang bersifat merusak seperti pemaksaan ingin mendapatkan perhatian orang laindengan minta tolong terus.
Tingakah laku untuk mencari kekuasaan hampir sama dengan kasus tindakan di atas, namun sifatnya lebih kuat yakni mencari perhatian yang sifatnya merusak. Pencari kekuasaan yang aktif biasanya suka membantah, berbohong, pemukul, mempunyaiwatak pemarah, menoloak perintah, dan benar-benar tidak tunduk. Pencari kekuasaan yang fasif adalah orang yang sangat nyata, biasanya tidak mau bekerja sama. Murid seperti ini sangat pelipa, keras kepala, dan tidak mau patuh.
Tingkah laku untuk melampiaskan dendam, murid yang mencari pelampiasan dengan disebabkan putus asa dan bingung sehingga mencari keberhasilan dengan cara menyakiti orang lain, menyerang fisik (mencakarm memukul, menendang), bermusuhan dengan teman-temannya. Mereka adalah anak yang tidak mempunyai rasa sakit dan kurang sportif. Biasanya anak tersebut pelampiasannya lebih banyak secara aktif dari pada secar pasif. Secara aktif digambarkan sebagai anak kejam dan penuh kebencian. Secara pasif digambarkan sebagai orang yang cemberutdan menantang.rutdan menantang.
Tingkah laku memperlibatkan ketidak mampuan, murid yang berkelakuan buruk merupakan pribadi yang sangat putus asa, pesimis dalam mencapai keberhasilan, dan hanya mengalami kegagalan dan terus menerus.
2.             Masalah Kelompok
Adapun masalah kelompok dalam pengelolaan kelas menurut Johnson dan Bany, yakni:
a.       Kurangnya kesatuan, ditandai dengan konflik-konflik antara individu dengansub kelompok. Misalnya konflik antara jenis kelamin.
b.       Ketidak taatan terhadap standar tindakan dan prosedur kerja, misalnya keributan, kegaduhan, berbicara keras, bertingkah laku yang mengganggu saat mereka diharapkan bekerja dalam suasana tenang di tempat duduk masing-masing.
c.       Reaksi negatif terhadap pribadi anggota kelas ditandai dengan kesan bermusuhan terhadap anak-anak yang tidak diterima oleh kelompok, menghalagi usaha kelompok.
d.      Pengakuan kelas terhadap kelakuan guru.
e.       Kecendrungan adanya gangguan, kemacetan pekerjaan dan kelakuan yang dibuat-buat.
f.       Ketidak mampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, seperti memberi reaksi buruk pada saat ada peraturan baru, situasi darurat, perubahan anggota kelompok, perubahan jadwal, dan pergantian guru.
g.      Semangat juang yang rendah dan adanya sikap permusuhan.
Keterampilan mengelola kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya yarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Serta hubungan yang baik antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa merupakan suatu syarat berhasilnya pengelolaan kelas. Sekaligus tercapai suatu kondisi belajar yang optimal jika guru mampu mengatur siswa dan sarana prasarana serta mampu mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran.
Sebelumya, akan disinggung kembali pengertian mengajar untuk dapat memperjelas apa sebenarnya tujuan pengajaran sebagai bagian dari kemampuan guru mengelola kelas.  Dalam perkembangan sejarah pendidikan, ada beberapa defenisitentang mengajar, antara lain: mengajar adalah menenamkan pengetahuan kepada siswa agar siswa mampu mengusai pengetahuan sebanyak-banyaknya. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada siswa agar siwa mampu mengenal kebudayaan bangsa. Sedangkan pengertian selanjutnya adalah suatu aktivitas mengorganisasi (mengatur) lingkungan dengan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan siswa sehingga terjadi proses belajar.pengertian ini meliputi faktor guru, siswa dan lingkungan yang diorganisasi dalam bentuk bahan pengajaran guna memperoleh hasil yang sebaik-baiknya.
Mengajar bukan yang ringan bagi seorang guru. Di dalam mengajar guru berharap dengan siswa, siswa adalah makhluk hidup yang memerlukan bimbingan dan pembinaan untuk menuju kedewasaan mengingat tugas mengajar yang berat, guru dituntut untuk mempunyai prinsip-prinsip mengajar. Yang harus dilaksanakan secara sefektif mungkin agar guru mampu mengajar yakni:
a.         Perhatian
Di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa kepada pelajaran yang diberikan oleh guru.
b.         Aktivitas
Dalam proses belajar mengajar guru perlu menimbulkan aktivitas siwa dalam berfikir dan berbuat.
c.         Appersepsi
Setiap mengajar guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan oleh guru dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa.


d.         Peragaan
Guru yang mengajar di depan kelas harus berusaha menggunakan media dengan baik agar siswa terangsang untuk berfikir.
e.          Repetisi
Mengulangi kembali pelajaran yang disampaikan oleh guru agar ingatan siswa bertahan.
f.          Kolerasi
Guru harus mampu menghubungkan pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lain.
g.         Konsentrasi
Dengan mengajar guru harus mampu menghubungkan antara pelajaran yang lebih luas agar siswa memperoleh kesatuan pelajaran yang bulat.
h.        Sosialisasi
Waktu siswa berada di kelas ataupun di luar kelas menerima pelajaran bersama alangkah baiknya guru memberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan bersama.
i.          Individualisasi
Siswa merupakan makhluk individu yang unik. Guru harus mampu melihat perbedaan individu.
j.          Evaluasi
Semua kegiatan mengajar belajar perlu dievaluasi untuk itu guru harus memiliki dan mampu mengevaluasi belajar mengajar. Dengan adanya evaluasi guru dapat mengetahui prestasi dan kemajuan siswa sehingga dapat bertindak tepat bila siswa mengalami kesulitan belajar serta memberi motivasi bagi guru dan siswa.
Dengan demikian tujuan mengajar adalah perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuan, keterampilan, maupun aspek sikapnya. Selanjutnya dengan ilmu ilmu pengetahuan dapat meninggikan derajat seseorang. Ini sejalan dengan apa yang diungkapkan dalam al-Qur’an surah al-Mujaadilah ayat 11, yang artinya:
”Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Kegiatan guru saat pengajaran berlangsung terdiri dari dua kegiatan pokok, yakni pengelolaan pengajaran dan pengelolaan kelas adalah dua kegiatan yang sangat erat kaitannya, namun perlu dibedakan anatara keduanya, kalau pengelolaan pengajaran merupakan suatu kegiatan mengajar itu sendiri yang melibatkan secara langsung beberapa komponen mencakup beberapa komponen mencakup penyusunan rencana pengajaran, materi pengajaran, metode pengajaran, alat bantu mengajar dan evaluasi untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah direncanakan. Sedangkan pengelolaan kelas adalah kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi berlangsungnya pengelolaan pengajaran tersebut.
Tujuan pengajaran tidak jelas, materi pengajaran terlalu mudah dan terlalu sulit, urutan materi pengajaran tidak sistematis, alat bantu mengajar tidak tersedia, metode mengajar tidak tersedia, metode mengajar monoton, merupakan masalah-masalah pengajaran. Sedangkan siswa mengantuk, siswa malas mengerjakan tugas, siswa selalu terlambat masuk kelas, siswa suka mengganggu teman lagi belajar, siswa suka mengajukan pertanyaan aneh, ruang kelas kotor dan ruang kelas yang sempit, tidak neniliki ventilasi udara, tempat duduk berantakan, dan lain-lainnya.
Penanggulangan yang efektif dan efesien dalam masalah-masalah pengelolaan pengajaran hanya dapat digunakan dengan prosedur dan teknik pengelolaan pengajaran, begitu juga dengan masalah-masalah pengelolaan kelas hanya dapat ditanggulangi secara efektif dan efesien dengan prosedur dan teknik pengelolaan kelas.oleh karena itu, guru yang profesional adalah guru yang bisa menguasai prosedur dan teknik pengelolaan pengajaran prosedur dan teknik pengelolaan kelas.
C.            PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS
Seorang guru harus mendalami kerangka acuan pendekatan-pendekatan kelas sebagai pekerja profesional, sebab di dalam penggunaan pendekatan tersebut harus terlebih dahulu yakin bahwa pendekatan yang dipi;ih oleh guru merupakan alternatif yang baik untukmenangani kasus pengelolaan kelas sesuaidengan masalahnya. Apabila alternatif yang dipilih oleh guru tidak memberikan hasil yang memadai, maka guru masih bisa melakukan analisa kembali terhadap pendekatan yang digunakan tersebut. Adapun pendekatan dalam pengelolaan kelas[5] ini antara lain:
1.        Pendekatan modifikasi perilaku
Pendekatan modifikasi perilaku bertolak dari psikologi beharival yang mengemukakan asumsi bahwa semua tingkah laku yang baik maupun yang tidak baik merupakan hasil proses belajar untuk membina tingkah laku siswa yang dikehendaki guru harus memberi penguatan positif (memberi stimulus positif sebagai pengajaran) dan penguatan negatif (memberi stimulus negetif sebagai hukuman). Sedangkan untuk mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki guru menggunakan hukuman (stimulus negetif).
2.         Pendekatan iklim sosial emosional
Pendekatan ini bertolak dari psikologis klinis dan konseling dengan anggapan bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efesienmempersyaratkan hubungan sosial emosional yang baik antara guru dengan siswa. Untuk menciptakan hubungan yang baik anatara guru dengan siswa, guru menerapkan sikap-sikap seperti: sikap terbuka, sikap menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, sikap empati, sikap demokratis.
3.        Pendekatan proses kelompok
Pendekatan ini bertolak dari psikologi sosial dan dinamika kelompok dengan asumsi bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efesien berlangsung dalam konteks kelompok, yaitu kelompok kelas. Jadi peran guru dalam rangka mengelola adalah menciptakan kelompok kelas yang mempunyai ikatan kuat serta dapat bekerja secara efektif dan efesien. Ada beberapa unsur yang diperlukan guna mengiakt kerumunan siswa menjadi satu kelompok yang mempunyai ikatan yang kuat, yakni tujuan kelompok (guru mengarahkan siswa pada tujuan kelas yaitu tujuan pengajaran), aturan (membuat aturan bersama antara guru dengan siswa), pemimpin (guru dengan sendirinya menjadi pemimpin siswa juga bisa menjadi pemimpin yang mengarahkan kelompok pada tujuan-tujuan yang telah ditetapkan).

D.           PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN KELAS
Adapun prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas di bawah ini akan dijelaskan antara lain:
1.        Kehangatan dan ketantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi kegiatan belajar mengajar yang optimal.
2.        Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan-bahan yang menentang akan meningkatnya gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku menyimpang.
3.         Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya dan interaksi belajar mengajar yang bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif yang menghindari kejenuhan.
4.        Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dan dapat mencegahkemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
5.        Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada sadarnya, di dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan hal-hal yang positif dan menghindari pemutusan perhatian siswa pada hal-hal yang negatif.
6.        Penanaman disiplin diri
Pengembanagan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari pengelolaan kelas. Untuk itu guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri, dan guru sendiri hendaknya menjadi contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.

E.            KOMPONEN-KOMPONEN KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
Komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas pada umumnya bagi kepada dua bagian menurut Syaiful Bahri Djamarah yakni:
1.        Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif)
Keterangan ini berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan keterampilan antara lain:
a.    Sikap Tanggap
b.    Membagi perhatian
2.        Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi yang optimal.
Keterampilan ini menurut Syaiful Bahri Djamarah berkaitan dengan tanggapan guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi yang optimal. Apabila terdapat siswa yang menimbulkan gangguan yang berulang-ulang, guru sudah menggunakan tindakan dan tanggapan yang sesuai, guru bisa meminta bantuan kepada kepala sekolah, konselor sekolah, dan orang tua siswa untuk mengatasinya. Ada beberapa startegi untuk tindakan perbaikan terhadap tingkah laku siswa yang terus menimbulkan gangguan diantaranya:

a.       Modifikasi tingkah laku
b.      Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara memperlancar tugas dan memelihara kegiatan kelompok.
c.       Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.







PENUTUP
Kesimpulan
Tugas dan peran guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat kompleks, tidak terbatas dalam perencanaan pembelajaran yang menyangkut merumuskan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran menetapkan metode pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi untuk mengetahui hasil pembelajaran. Namun guru juga harus bisa memainkan perannya dalam pengelolaan kelas, baik yang menyangkut kegiatan mengatur tata ruang kelas yang merupakan; mengatur meja, tempat duduk siswa, menempatka papan tulis, maupun menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi dengan mengarahkan tingkah laku anak didik agar tidak merusak suasana kelas.
Suasana kelas yang kondusif merupakan merupakan modal penting untuk menciptakan kejernihan berpikir untuk mengikuti proses belajar mengajar. Oleh karena itu pengelolaan sekolah perlu menciptakan suasana gembira di sekolah yaitu suasana kekeluargaan yang akrab, dengan demikian guru termotivasi untuk mengelola kelas dengan baik, karena dengan pengelolaan kelas yang baikakan mempertinggi perkembangan mental dan sosial murid, dan memberi kebebasan intelektual dan pasih dalam karakter yang ditentukan, dan membuat suasana yang hangat antara guru dan murid yang memungkinkan pencapaian tujuan terlaksana.







DAFTAR PUSTAKA
Ali Imran.  Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1995)
Abdul majid. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2007)
Ahmad Rohani & Abu Ahmadi, Pedoman penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991)
Pusat Bahasa Departemen pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001)
Syaiful Bahri Dzamarah. Guru dan Anak Didik dalam interaksi Edukatif Suatu pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005)






[1] Pusat Bahasa Departemen pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm. 1180.
[2] Ali Imran.  Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1995), hlm. 85.
[3] Syaiful Bahri Dzamarah. Guru dan Anak Didik dalam interaksi Edukatif Suatu pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 144-145.
[4] Abdul majid. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 114
[5] Ahmad Rohani & Abu Ahmadi, Pedoman penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 143.

<script data-ad-client="ca-pub-3224888017981904" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL