PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengelolaan kelas adalah suatu
usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar agar
tercapai kondisi optimal sehingga kegiatan proses belajar mengajar dapat
terlaksana dengan afektif dan efesien. Di dalam belajar mengajar, kelas
merupakan tempat yang mempunyai ciri khas yang digunakan untuk belajar. Belajar
memerlukan konsentrasi, oleh karena itu perlu menciptakan suasana kelas yang
dapat menunjang kegiatan belajar yang afektif. Adapun tujuan pengelolaan kelas
adalah agar setiap anak di dalam kelas dapat belajar dengan tertib sehingga
tujuan pengajaran dicapai secara efektif dan efesien.
Guru sangat berperan dalam
pengelolaan kelas, apabila guru terampil mengelola kelasnya dengan baik maka
akan mudah bagi guru untuk mencapai tujuan yang telah yang dirumuskan. Kelas
yang efektif mewujudkan bahwa guru-guru dapat berdampak pada tingkah laku dan
hasil belajar siswa. Untuk itu guru membuat perencanaan pengelolaan dan
pengajaran dengan cara tertentu agar siswa berhasil dan mencapai tujuan
pengajaran.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana yang dimaksud
Keterampilan Mengelola Kelas ?
2.
Apa saja Masalah Dalam
Pengelolaan Kelas ?
3.
Bagai mana yang dimaksud
Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas ?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untu mengetahui apa yang dimaksud
Keterampilan Mengelola Kelas
2.
Untuk mengetahui Apa saja
Masalah Dalam Pengelolaan Kelas
3.
Untuk mengetahui bagaimana
Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
Menurut bahasa ”keterampilan”
artinya kecakapan untuk menyelesaikan tugas.
Sedangkan menurut istilah ”keterampilan” adalah sekumpulan pengetahuan dan
kemampuan yang harus dikuasai. Kemudian ”mengelola” menurut bahasa artinya
mengendalikan, menyelenggara, mengurus, menjalankan. Menurut istilah
”mengelola” adalah penciptaan suatu kondisiyang memungkinkan belajar siswa
menjadi optimal.
Seorang guru yang berhasil
dalam mengajar bukan saja ditentukan oleh hal-hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, seperti perumusan tujuan secara tepat
dan jelas, pemilihan pengajar, penguasaan materi yang memadai, pemilihan metode
mengajar yang tepat, serta lengkapnya sumber belajar. Tetapi ada juga hal-hal
yang menentukan keberhasilan seorang guru seperti kemampuan guru dalam
mencegahnya timbul tingakah laku siswa yang mengganggu berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar serta keterampilan guru dalam mengelolanya.
Pengelolaan kelas merupakan
keterampilan guru dalam menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal
serta guru mampu mengembalikannya bila terjadi masalah dan gangguan dalam
proses belajar mengajar. Dalam artian, kegiatan-kegiatan untuk memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mempertahankan kondisi belajar apabila terjadi
suatu gangguan dan masalah ketika proses belajar mengajar berlangsung. Adapun
yang termasuk ke dalam hal ini, seperti halnya penghentian tingkah laku siswa
yang menyelewengkan perhatian kelas, memberikan ganjaran bagi siswa yang tidak
menepati waktu yang telah disepakati.
B.
MASALAH DALAM PENGELOLAAN KELAS
Menurut Abdul Majid dalam pengelolaan kelas terdapat dua
masalah yakni masalah individual dan masalah kelompok.
Tindakan pengelolaan kelas seorang guru akan efektif apabila guru dapat
mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi. Adapun masalah-masalah pengelolaan kelas
akan dijelaskan di bawah ini sebagai berikut:
1.
Masalah
Individu
Masalah individu muncul karena dalam individu ada
kebutuhan yang ingin diterima oleh kelompok dan ingin mencapai harga diri.
Apabila kebutuhan individu tidak dapat dipenuhi melalui cara yang baik, maka
individu yang bersangkutan akan mencari cara lain untuk mencapai kebutuhannya
dengan berbuat tidak baik. Perbuatan yang tidak baik itu menurut Rudolf
Dreikurs dan Pearl Cassel digolongkan ke dalam empat point, yakni:
a.
Attetion
Getting Behaviors
Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain.
Misalnya membadut di kelas, atau berbuat lamban sehingga memerlukan pertolongan
ekstra.
b.
Power Seeking
Maksudnya adalah tingkah laku yang ingin menunjukkan
kekuatan. Misalnya selalu mendebat, kehilangan kendali emosional (marah,
menangis) atau selalu lupa pada peraturan di kelas.
c.
Revenge Seeking
Behaviors
Maksunya adalah tingkah laku yang bertujuan menyakiti
orang lain. Misalnya menyakiti orang lain dengan perkataan-perkataan yang tidak
baik, memukul, menggigit dan lain-lain.
d.
Passive Behaviors
Maksudnya peragaan ketidak mampuan, yakni sama sekali
menolak untuk mencoba melakukan suatu apapun karena khawatir gagal.8
Dari ke empat tindakan individu di atas menurut Maman
Rahman akan mengakibatkan terbentuknya empat pola tingkah laku yang sering
nampak pada usia sekolah yakni:
a.
Pola aktif kontruktif, yaitu tingkah laku yang
ekstrim, ambisius untuk menjadi super stars di kelasnya dan berusaha membantu
guru dengan penuh vitalitas dan sepenuh hati.
b.
Pola aktif dekstruktif, yaitu pola tingkah laku yang
diwujudkan dalam bentuk suka marah, kasar dan pemberontak.
c.
Pola konstuktif, yaitu pola yang menunjukkan kepada
satu bentuk tingkah laku yang lamban denagn maksud agar selalu dibantu dan
diharapkan perhatian.
d.
Pola pasif destruktif, yaitu pola tingkah laku yang
menunjuk sifat malas dan keras kepala.
Ada empat tipe tingkah laku yang kurang baik dalam
masalah individual ini yakni, bentuk tingkah laku mencari perhatian yang aktif
dan fasif. Bentuk mencari perhatian yang aktif bersifat merusak seperti bergaya
sok, melawak, mengacau, menjadi nakal, anak yang terus menerus bertanya atau
rewel. Adapun bentuk fasifnya yang bersifat merusak seperti pemaksaan ingin
mendapatkan perhatian orang laindengan minta tolong terus.
Tingakah laku untuk mencari kekuasaan hampir sama
dengan kasus tindakan di atas, namun sifatnya lebih kuat yakni mencari
perhatian yang sifatnya merusak. Pencari kekuasaan yang aktif biasanya suka
membantah, berbohong, pemukul, mempunyaiwatak pemarah, menoloak perintah, dan
benar-benar tidak tunduk. Pencari kekuasaan yang fasif adalah orang yang sangat
nyata, biasanya tidak mau bekerja sama. Murid seperti ini sangat pelipa, keras
kepala, dan tidak mau patuh.
Tingkah laku untuk melampiaskan dendam, murid yang
mencari pelampiasan dengan disebabkan putus asa dan bingung sehingga mencari
keberhasilan dengan cara menyakiti orang lain, menyerang fisik (mencakarm
memukul, menendang), bermusuhan dengan teman-temannya. Mereka adalah anak yang
tidak mempunyai rasa sakit dan kurang sportif. Biasanya anak tersebut
pelampiasannya lebih banyak secara aktif dari pada secar pasif. Secara aktif
digambarkan sebagai anak kejam dan penuh kebencian. Secara pasif digambarkan
sebagai orang yang cemberutdan menantang.rutdan menantang.
Tingkah laku memperlibatkan ketidak mampuan, murid
yang berkelakuan buruk merupakan pribadi yang sangat putus asa, pesimis dalam
mencapai keberhasilan, dan hanya mengalami kegagalan dan terus menerus.
2.
Masalah Kelompok
Adapun masalah kelompok dalam pengelolaan kelas
menurut Johnson dan Bany, yakni:
a.
Kurangnya kesatuan, ditandai dengan konflik-konflik
antara individu dengansub kelompok. Misalnya konflik antara jenis kelamin.
b.
Ketidak taatan
terhadap standar tindakan dan prosedur kerja, misalnya keributan, kegaduhan,
berbicara keras, bertingkah laku yang mengganggu saat mereka diharapkan bekerja
dalam suasana tenang di tempat duduk masing-masing.
c.
Reaksi negatif terhadap pribadi anggota kelas ditandai
dengan kesan bermusuhan terhadap anak-anak yang tidak diterima oleh kelompok,
menghalagi usaha kelompok.
d.
Pengakuan kelas terhadap kelakuan guru.
e.
Kecendrungan adanya gangguan, kemacetan pekerjaan dan
kelakuan yang dibuat-buat.
f.
Ketidak mampuan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan, seperti memberi reaksi buruk pada saat ada peraturan
baru, situasi darurat, perubahan anggota kelompok, perubahan jadwal, dan
pergantian guru.
g.
Semangat juang yang rendah dan adanya sikap
permusuhan.
Keterampilan mengelola
kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya yarat mutlak bagi
terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Serta hubungan yang baik
antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa merupakan suatu syarat
berhasilnya pengelolaan kelas. Sekaligus tercapai suatu kondisi belajar yang
optimal jika guru mampu mengatur siswa dan sarana prasarana serta mampu
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pengajaran.
Sebelumya,
akan disinggung kembali pengertian mengajar untuk dapat memperjelas apa
sebenarnya tujuan pengajaran sebagai bagian dari kemampuan guru mengelola
kelas. Dalam
perkembangan sejarah pendidikan, ada beberapa defenisitentang mengajar, antara
lain: mengajar adalah menenamkan pengetahuan kepada siswa agar siswa mampu
mengusai pengetahuan sebanyak-banyaknya. Mengajar adalah menyampaikan
pengetahuan pada siswa agar siwa mampu mengenal kebudayaan bangsa. Sedangkan
pengertian selanjutnya adalah suatu aktivitas mengorganisasi (mengatur) lingkungan
dengan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan siswa sehingga terjadi proses
belajar.pengertian ini meliputi faktor guru, siswa dan lingkungan yang
diorganisasi dalam bentuk bahan pengajaran guna memperoleh hasil yang
sebaik-baiknya.
Mengajar
bukan yang ringan bagi seorang guru. Di dalam mengajar guru berharap dengan
siswa, siswa adalah makhluk hidup yang memerlukan bimbingan dan pembinaan untuk
menuju kedewasaan mengingat tugas mengajar yang berat, guru dituntut untuk
mempunyai prinsip-prinsip mengajar. Yang harus dilaksanakan secara sefektif
mungkin agar guru mampu mengajar yakni:
a.
Perhatian
Di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan
perhatian siswa kepada pelajaran yang diberikan oleh guru.
b.
Aktivitas
Dalam proses belajar mengajar guru perlu menimbulkan
aktivitas siwa dalam berfikir dan berbuat.
c.
Appersepsi
Setiap mengajar guru perlu menghubungkan pelajaran
yang akan diberikan oleh guru dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh
siswa.
d.
Peragaan
Guru yang mengajar di depan kelas harus berusaha
menggunakan media dengan baik agar siswa terangsang untuk berfikir.
e.
Repetisi
Mengulangi kembali pelajaran yang disampaikan oleh
guru agar ingatan siswa bertahan.
f.
Kolerasi
Guru harus mampu menghubungkan pelajaran yang satu
dengan pelajaran yang lain.
g.
Konsentrasi
Dengan mengajar guru harus mampu menghubungkan antara
pelajaran yang lebih luas agar siswa memperoleh kesatuan pelajaran yang bulat.
h.
Sosialisasi
Waktu siswa berada di kelas ataupun di luar kelas
menerima pelajaran bersama alangkah baiknya guru memberikan kesempatan untuk
melaksanakan kegiatan bersama.
i.
Individualisasi
Siswa merupakan makhluk individu yang unik. Guru harus
mampu melihat perbedaan individu.
j.
Evaluasi
Semua kegiatan
mengajar belajar perlu dievaluasi untuk itu guru harus memiliki dan mampu
mengevaluasi belajar mengajar. Dengan adanya evaluasi guru dapat mengetahui
prestasi dan kemajuan siswa sehingga dapat bertindak tepat bila siswa mengalami
kesulitan belajar serta memberi motivasi bagi guru dan siswa.
Dengan
demikian tujuan mengajar adalah perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuan,
keterampilan, maupun aspek sikapnya. Selanjutnya dengan ilmu ilmu pengetahuan
dapat meninggikan derajat seseorang. Ini sejalan dengan apa yang diungkapkan
dalam al-Qur’an surah al-Mujaadilah ayat 11, yang artinya:
”Hai
orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan.
Kegiatan
guru saat pengajaran berlangsung terdiri dari dua kegiatan pokok, yakni
pengelolaan pengajaran dan pengelolaan kelas adalah dua kegiatan yang sangat
erat kaitannya, namun perlu dibedakan anatara keduanya, kalau pengelolaan
pengajaran merupakan suatu kegiatan mengajar itu sendiri yang melibatkan secara
langsung beberapa komponen mencakup beberapa komponen mencakup penyusunan
rencana pengajaran, materi pengajaran, metode pengajaran, alat bantu mengajar
dan evaluasi untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah direncanakan. Sedangkan pengelolaan kelas adalah kegiatan
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi berlangsungnya
pengelolaan pengajaran tersebut.
Tujuan
pengajaran tidak jelas, materi pengajaran terlalu mudah dan terlalu sulit,
urutan materi pengajaran tidak sistematis, alat bantu mengajar tidak tersedia,
metode mengajar tidak tersedia, metode mengajar monoton, merupakan
masalah-masalah pengajaran. Sedangkan siswa mengantuk, siswa malas mengerjakan
tugas, siswa selalu terlambat masuk kelas, siswa suka mengganggu teman lagi
belajar, siswa suka mengajukan pertanyaan aneh, ruang kelas kotor dan ruang
kelas yang sempit, tidak neniliki ventilasi udara, tempat duduk berantakan, dan
lain-lainnya.
Penanggulangan
yang efektif dan efesien dalam masalah-masalah pengelolaan pengajaran hanya
dapat digunakan dengan prosedur dan teknik pengelolaan pengajaran, begitu juga
dengan masalah-masalah pengelolaan kelas hanya dapat ditanggulangi secara
efektif dan efesien dengan prosedur dan teknik pengelolaan kelas.oleh karena
itu, guru yang profesional adalah guru yang bisa menguasai prosedur dan teknik
pengelolaan pengajaran prosedur dan teknik pengelolaan kelas.
C.
PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS
Seorang guru harus mendalami
kerangka acuan pendekatan-pendekatan kelas sebagai pekerja profesional, sebab
di dalam penggunaan pendekatan tersebut harus terlebih dahulu yakin bahwa
pendekatan yang dipi;ih oleh guru merupakan alternatif yang baik untukmenangani
kasus pengelolaan kelas sesuaidengan masalahnya. Apabila alternatif yang dipilih oleh guru tidak
memberikan hasil yang memadai, maka guru masih bisa melakukan analisa kembali
terhadap pendekatan yang digunakan tersebut. Adapun pendekatan dalam pengelolaan
kelas
ini antara lain:
1.
Pendekatan modifikasi perilaku
Pendekatan modifikasi perilaku bertolak dari psikologi
beharival yang mengemukakan asumsi bahwa semua tingkah laku yang baik maupun
yang tidak baik merupakan hasil proses belajar untuk membina tingkah laku siswa
yang dikehendaki guru harus memberi penguatan positif (memberi stimulus positif
sebagai pengajaran) dan penguatan negatif (memberi stimulus negetif sebagai
hukuman). Sedangkan untuk mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki guru
menggunakan hukuman (stimulus negetif).
2.
Pendekatan
iklim sosial emosional
Pendekatan ini bertolak dari psikologis klinis dan
konseling dengan anggapan bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif dan
efesienmempersyaratkan hubungan sosial emosional yang baik antara guru dengan
siswa. Untuk menciptakan hubungan yang baik anatara guru dengan siswa, guru
menerapkan sikap-sikap seperti: sikap terbuka, sikap menerima dan menghargai
siswa sebagai manusia, sikap empati, sikap demokratis.
3.
Pendekatan proses kelompok
Pendekatan ini bertolak dari psikologi sosial dan
dinamika kelompok dengan asumsi bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif
dan efesien berlangsung dalam konteks kelompok, yaitu kelompok kelas. Jadi
peran guru dalam rangka mengelola adalah menciptakan kelompok kelas yang
mempunyai ikatan kuat serta dapat bekerja secara efektif dan efesien. Ada
beberapa unsur yang diperlukan guna mengiakt kerumunan siswa menjadi satu
kelompok yang mempunyai ikatan yang kuat, yakni tujuan kelompok (guru
mengarahkan siswa pada tujuan kelas yaitu tujuan pengajaran), aturan (membuat
aturan bersama antara guru dengan siswa), pemimpin (guru dengan sendirinya
menjadi pemimpin siswa juga bisa menjadi pemimpin yang mengarahkan kelompok
pada tujuan-tujuan yang telah ditetapkan).
D.
PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN KELAS
Adapun prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas di
bawah ini akan dijelaskan antara lain:
1.
Kehangatan dan ketantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan
terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi
kegiatan belajar mengajar yang optimal.
2.
Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan-bahan yang
menentang akan meningkatnya gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi
kemungkinan munculnya tingkah laku menyimpang.
3.
Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya dan interaksi belajar
mengajar yang bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang
efektif yang menghindari kejenuhan.
4.
Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi
mengajarnya dan dapat mencegahkemungkinan munculnya gangguan siswa serta
menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
5.
Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada sadarnya, di dalam mengajar dan mendidik, guru
harus menekankan hal-hal yang positif dan menghindari pemutusan perhatian siswa
pada hal-hal yang negatif.
6.
Penanaman disiplin diri
Pengembanagan disiplin diri sendiri oleh siswa
merupakan tujuan akhir dari pengelolaan kelas. Untuk itu guru harus selalu
mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri, dan guru sendiri hendaknya
menjadi contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung
jawab.
E.
KOMPONEN-KOMPONEN KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
Komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas pada
umumnya bagi kepada dua bagian menurut Syaiful Bahri Djamarah yakni:
1.
Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan
pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif)
Keterangan ini berhubungan dengan kompetensi guru
dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta aktivitas-aktivitas
yang berkaitan dengan keterampilan antara lain:
a.
Sikap Tanggap
b.
Membagi perhatian
2.
Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan
kondisi yang optimal.
Keterampilan ini menurut Syaiful Bahri Djamarah
berkaitan dengan tanggapan guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan
dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan
kondisi yang optimal. Apabila terdapat siswa yang menimbulkan gangguan yang
berulang-ulang, guru sudah menggunakan tindakan dan tanggapan yang sesuai, guru
bisa meminta bantuan kepada kepala sekolah, konselor sekolah, dan orang tua
siswa untuk mengatasinya. Ada beberapa startegi untuk tindakan perbaikan
terhadap tingkah laku siswa yang terus menimbulkan gangguan diantaranya:
a.
Modifikasi tingkah laku
b.
Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah
kelompok dengan cara memperlancar tugas dan memelihara kegiatan kelompok.
c.
Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan
masalah.
PENUTUP
Kesimpulan
Tugas dan peran guru
sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat kompleks, tidak terbatas dalam
perencanaan pembelajaran yang menyangkut merumuskan tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran menetapkan metode pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi
untuk mengetahui hasil pembelajaran. Namun guru juga harus bisa memainkan
perannya dalam pengelolaan kelas, baik yang menyangkut kegiatan mengatur tata
ruang kelas yang merupakan; mengatur meja, tempat duduk siswa, menempatka papan
tulis, maupun menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi dengan mengarahkan
tingkah laku anak didik agar tidak merusak suasana kelas.
Suasana kelas yang kondusif
merupakan merupakan modal penting untuk menciptakan kejernihan berpikir untuk
mengikuti proses belajar mengajar. Oleh karena itu pengelolaan sekolah perlu
menciptakan suasana gembira di sekolah yaitu suasana kekeluargaan yang akrab,
dengan demikian guru termotivasi untuk mengelola kelas dengan baik, karena
dengan pengelolaan kelas yang baikakan mempertinggi perkembangan mental dan
sosial murid, dan memberi kebebasan intelektual dan pasih dalam karakter yang
ditentukan, dan membuat suasana yang hangat antara guru dan murid yang
memungkinkan pencapaian tujuan terlaksana.
DAFTAR PUSTAKA
<script data-ad-client="ca-pub-3224888017981904" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
Komentar
Posting Komentar