MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekol...

MAKALAH MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DAN MANAJEMEN KEPEMIMPINAN



MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DAN MANAJEMEN KEPEMIMPINAN
DOSEN PENGAMPUH:
Dra. ROSIMAH LUBIS, M. Pd.
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Kelompok: 11
NAMA                                                                  NIM
NUR FAIZAH YAZID NASUTION                 1720100107

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDIMPUAN
T.A 2018/2019


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, yang telah menolong kami dalam menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-NYA mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan tugas ini dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang manajemen pendidikan Islam. Makalah ini kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai halangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun dari luar penyusun. Namun, dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari Tuhan yang akhirnya makalah ini terselesaikan dengan judul “Manajemen Pendidikan Islam dan Manajemen Kepemimpinan”
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang membantu kami dalam menyusun makalah ini sehingga dapat diselesaikan. Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.












DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..ii
A.    PENDAHULUAN…………………………………………………….1
B.     PEMBAHASAN………………………………………………………3
1.      MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM…………………………3
a.       Pengertian dan nilai-nilai pendidikan Islam…………………..3
b.      Paradigma dan wilayah kajian manajemen pendidikan Islam...5
c.       Perlunya kerja sama dalam manajemen pendidikan Islam…....7
d.      Konsep manajemen sekolah……………………………..……10
2.      Manajemen kepemimpinan……………………………………….12
a.       Konsep manajemen kepemimpinan sekolah………………….12
b.      Konsep maanjemen perubahan……………………………….14
c.       Konsep standar kepala sekolah umum dan agama…………...15
C.     PENUTUP……………………………………………………………18
1.      KESIMPULAN…………………………………………………..18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..19




A.      PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua umat. Pendidikan selalu menjadi tumpuan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat. Memang pendidikan merupakan alat untuk memajukan peradaban, mengembangkan masyarakat, dan membuat generasi mampu berbuat banyak bagi kepentingan mereka.
Pendidikan mengembangkan peradaban melalui pengembangan ilmu dan pengetahuan secara terus menerus sejalan dengan visi dan misi hidup umat. Pendidikan juga memberikan solusi dalam pemecahan masalah sosial dengan melatih generasi muda untuk selalu berfikir sehat agar aktifitas mereka di dalam masyarakat bersifat orisinal. Yang berarti terlahir dari tradisi yang diadaptasikan secara koordinatif dengan berbagai realitas perkembangan zaman. Cara demikian membutuhkan manajemen pendidikan yang dapat menjamin jati diri dan kepribadian umat termasuk dalam bingkai pendidikan Islam. Manajemen pendidikan merupakan kunci sukses karena sangat menentukan kelancaran kinerja organisasi lembaga pendidikan yang bersangkutan. Dengan demikian, perubahan sosial akan selalu menuju kearah yang lebih baik.
Manajemen merupakan ilmu yang beru dikenal pada pertengahan abad ke-19, hal ini sangat popular bahkan dianggap sebagai kunci keberhasilan pengelola perusahaan dan lembaga pendidikan, baik lembaga pendidikan umum maupun pendidikan Islam. Bahkan ada orang yang menganggap manajemen pendidikan Islam sebagai suatu “ciri” dari lembaga pendidikan Islam modern, karena dengan adanya manajemen pendidikan Islam maka lembaga pendidikan Islam diharapkan akan berkembang dan berhasil dalam menciptakan lembaga pendidikan Islam yang efektif dan efesien.
Manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses penglolaan lembaga pendidikan Islam secara islami dengan cara menyiasati sumber-sumber belajar dengan hal-hal lain yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efesien.[1]

B.       PEMBAHASAN
1.      Manajemen Pendidikan Islam
Manajemen pendidikan Islam menyatakan bahwa manajemen pndidikan Islam adalah suatu proses penataan atau pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumber daya manusia muslim dan menggerakkannya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efesien.[2]
Muhaimin menyatakan bahwa manajemen pendidikan adalah manajemen yang diterpkan dalam pengembangan pendidikan.[3] Dalam artian, ia merupakan seni dan ilmu yang mengelola sumber daya pendidikan Islam untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efesien. Manajemen pendidikan lebih bersifat umum untuk semua aktifitas pendidikan pada umumnya, sedangkan manajemen pendidikan Islam lebih bersifat khusus karena lebih mengarah pada manajemen pendidikan yang diterapkan dalam pengembangan pendidikan Islam. Dalam artian, bagaimana menggunakan dan mengelola sumber daya pendidikan Islam secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan pengembangan, kemajuan dan kualitas proses dan hasil pendidikan Islam itu sediri.
a.       Pengertian dan Nilai-nilai Pendidikan Islam
Dalam pengembangan manajemen pendidikan Islam diperlukan adanya dua aspek yang terpadu, yaitu menyatukan sikap manager dan leader yang berciri khas Islam atau yang dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam. Beberapa ajaran dan nilai-nilai Islam yang terkait dengan pengembangan manajemen pendidikan Islam adalah sebagai berikut:[4]
1)        Me-menage pendidikan Islam dimulai dari niat, niat adalah sesuatu yang direncanakan dengan sungguh-sungguh untuk diwujudkan dalam kenyataan (perbuatan). Niat ini harus dari hati yang bersih dan suci, karena mengharap ridha Allah SWT., serta ditindaklanjuti dengan mujahadah, yakni berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan niat dalam bentuk amal perbuatan dan konsisten dengan sesuatu yang sudah direncanakan. Setelah niat kemudian dilanjutkan dengan muhasabah, yakni melakukan control dan evaluasi terhadap rencana yang sudah dilakukan.
2)        Islam adalah agama amal atau kerja (praktis). Inti ajarannya adalah bahwa hamba mendekati dan memperoleh ridha Allah melalui kerja atau amal saleh dan dengan memurnikan sikap penyembahan hanya pada-Nya. Firman Allah dalam QS. Al-Kahf: 110. Hal ini mengandung makna bahwa Islam adalah agama yang selalu mengajarkan “orientasi kerja” (achievement orientation). Tinggi atau tidaknya derajat seseorang juga ditentukan oleh prestasi kerja atau kualitas amal saleh sebagai aktualitas dari potensi imannya.
Nilai-nilai tersebut sepatutnya menjadi kekuatan pendorong dan etos kerja bagi pengembangan manajemen pendidikan Islam. Etos bearasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti “watak atau karakter, sikap dan kebiasaan”. Dari kata “etos” terambil pula kata “etika” dan “etis” yang mengacu kepada makna ”akhlaq” atau bersifat “akhlaqi”, yakni kualitas esensial seseorang atau suatu kelompok termasuk suatu bangsa.[5]
3)        Uraian pada poin kedua tersebut menggaris bawahi adanya nilai-nilai esensial yang perlu ditegakkan atau dijadikan watak, sikap dan kebiasaan seseorang atau kelompok dalam bekerja (termasuk dalam manajemen pendidikan Islam), yaitu: “bekerja (me-manage pendidikan Islam) adalah sebagai ibadah yang harus dibarengi dengan niat yang ikhlas karena mencari ridha Allah”.
b.      Paradigma dan Wilayah Kajian Manajemen Pendidikan Islam
Uraian di atas menjelaskan tentang ajaran dan nilai-nilai Islam yang perlu dijadikan acuan, hudan (petunjuk), atau sumber konsultasi dalam pengembangan manajemen pendidikan Islam. Uraian tersebut menggarisbawahi paradigma manajemen pendidikan Islam yang menyetukan ilmu manajemen pendidikan dengan wahyu, dan ditampilkan dalam ontologi yang mendudukan wahyu (Al-Quran dan As-Sunnah) sebagai acuan, hudan, dan sumber konsultasi. Pengembangan pendidikan Islam bergerak secara ontologis dan epistemologik.
Upaya pengembangan teori manajemen pendidikan Islam selalu diuji koherensinya pada moral religious (Islam). Moral religious ini merupakan dimensi aksiologinya, yang terkait dengan pahala dan siksa sebagai konsekuensi dari fungsi dan tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi. Karena itu, ilmu manajemen pendidikan Islam bukan untuk profit making semata, sebagaimana konsep materialisme, tetapi untuk mengagungkan asma Allah dan menyayangi makhluk-Nya, sedangkan profit merupakan efek langsung atau pengiring dari uapaya tersebut.
Maka wilayah kajian atau penelitian manajemen pendidikan Islam yang dapat dikembangkan mencakup: pertama, masalah-masalah fondasional (foundational problems), terutama menyangkut landasan filosofis, sosiologis, antropologis, psikologis, dan lain-lain; kedua, masalah-masalah struktural (structural problems), yang meliputi dimensi-dimensi kelembagaannya, masyarakat, jenjang pendidikan, tingkat ekonomi, dan lain-lain; ketiga, masalah-masalah operasional (operational problems), terutama yang menyangkut praktik manajemen pendidikan Islam pada lingkup jenis-jenis pendidikan Islam baik pada aspek kelembagaan maupun programnya, serta segala komponen pendidikan yang dijiwai dan disemangati oleh ajaran dan nilai-nilai Islam.
Dengan demikian, kegiatan penelitian manajemen pendidikan Islam akan dapat melahirkan dan mengembangkan teori-teori sebagai berikut:[6]
1)      Teori manajemen pendidikan agama Islam dirumah tangga karier.
2)      Teori manajemen pendidikan agama Islam dirumah tangga non kerier.
3)      Teori manajemen pendidikan agama Islam di rumag tangga kelas bawah.
4)      Teori manajemen pendidikan agama Islam di rumah tangga kelas atas.
5)      Teori manajemen pendidikan pondok pesantren tradisional.
6)      Teori manajemen pendidikan pondok pesantren modern.
7)      Teori manajemen pendidikan pesantren kilat.
8)      Teori manajemen pendidikan majlis taklim.
9)      Teori manajemen pendidikan agama Islam untuk khotbah-khotbah.
10)  Teori manajemen pendidikan agama Islam untuk kursus-kursus.
11)  Teori manajemen pendidikan agama Islam untuk kantor-kantor.
12)  Teori manajemen pendidikan agama Islam untuk rumah sakit.
13)  Teori manajemen pendidikan agama Islam untuk rumah yatim.
14)  Teori manajemen pendidikan agama Islam untuk lembaga-lembaga pemasyrakatan.
15)  Teori manajemen pendidikan agama Islam di perusahaan-perusahaan.
16)  Teori manajemen pendidikan Islam di taman kanak-kanak.
17)  Teori manajemen pendidikan agama Islam di Sekolah Dasar.
18)  Teori manajemen pendidikan Madrasah Ibtidaiyah.
19)  Teori manajemen pendidikan agama Islam di SLTP.
20)  Teori manajemen pendidikan Madrasah Tsanawiyah.
21)  Teori manajemen pendidikan agama Islam di SMU.
22)  Teori manajemen pendidikan  Madrasah Aliyah.
23)  Teori manajemen pedidikan agama Islam di SMK.
24)  Teori manajemen pendidikan agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
25)  Teori manajemen pendidikan PTAI/UIN/PTAIS.
26)  Teori manajemen pendidikan sekolah/PTS di bawah naungan organisasi/yayasan Islam.
27)  Teori manajemen pendidikan Madrasah Pedesaan.
28)  Teori manajemen pendidikan Madrasah Perkotaan.
29)  Teori manajemen pendidikan  Madrasah Diniyah.
30)  Teori manajemen pendidikan TPQ.
31)  Teori manajemen program studi PAI di PTAI/UIN/PTAIS.
32)  Teori manajemen program studi al-Akhwal al-Syakhsiyah di PTAI/UIN/PTAIS.
33)  Teori manajemen pendidikan Kepala Sekolah dalam Perspektif Islam.
c.       Perlunya Kerja Sama dalam Manajemen Pendidikan Islam.
Of all the problem that confront the muslim world today the educational problem is the most challenging. The furture of the muslim world will depend upon the way it responds to this challenge. (Demikian kata Khursid Ahmad), yakni dari sekian banyak permasalahan yang merupakan tantangan terhadap dunia Islam dewasa ini, maka masalah pendidikan merupakan masalah yang paling menantang. Masa depan dunia Islam tergantung kepeda cara bagaimana dunia Islam menjawab dan memecahkan tantangan ini.
Prof. Dr. Mohammad Abdus Salam, salah seorang ilmuwan muslim dari Pakistan yang telah meraih hadiah Nobel, juga menyatakan: “Tidak diragukan lagi bahwa dari seluruh peradaban di planet ini, sains menempati posisi yang paling lemah dan benar-benar memprihatinkan di dunia Islam. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa kelemahan ini berbahaya karena kelangsungan hidup suatu masyarakat pada abad ini secara langsung tergantung pada penguasaannya atas sains dan teknologi”. Selanjutnya ia mengatakan bahwa: “…ortodoksi agama dan semangat intoleransi merupakan dua faktor utama yang bertanggung jawab atas lemahnya lembaga ilmu pengetahuan yang pernah jaya dalam Islam”.
Kedua statement tersebut pada dasarnya saling melengkapi, yang mengagaris bawahi perlunya kepedulian para pengembang dan pengelola lembaga pendidikan Islam untuk selalu mencari jawaban atas tantangan yang dihadapi oleh dunia Islam dewasa ini, terutama menyangkut lemahnya sistem pendidikan Islam yang produknya dianggap belum banyak memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada era globaisasi.
Perkembangan iptek dan juga budaya hingga saat ini justru lebih banyak didominasi dan masih berada di tangan para imuwan yang berasal dari Negara-negara Barat yang humanis-antoposentris, serta kurang concern, commitment dan kurang apresiatif terhadap ajaran dan nilai-nilai fundamental dari agama yang hanif dan lebih manusiawi. Sedangkan sistem pendidikan Islam lebih banyak berada pada posisi marginal, perifer, dan bahkan sebagai konsumen beleka.
Rendahnya kualitas pendidikan Islam akan berdampak pada rendahnya kualitas sumberdaya manusia (SDM) yang mampu berkompetisi di dunia global, dan sekaligus akan berdampak pula rendahnya pruduktivitas (termasuk didalamnya produktivitas iptek) dan pendapatan para warga negaranya. Iptek merupakan kebutuhan vital yang menjembatani kesenjangan yang mencolok antara idealitas ajaran dan nilai-nlai Islam, dengan realitas pesatnya kemajuan iptek dan akselerasi perubahan sosial-budaya yang notabenenya digagas dan didominasi oleh para ilmuwan dan teknologi non muslim.
Respons dan antisipasi terhadap bebagai problem tersebut sepertinya sangat lamban bilamana lembaga pendidikan Islam di manage seadanya dengan sumber daya yang dimilikinya, tanpa adanya upaya kebersamaan, persatuan dan kerja sama yang saling menguntungkan antar satu samalainnya baik di dalam negeri maupun dengan Negara-negara maju pada umumnya.
Maka atas dasar itulah keberadaan lembaga pendidikan Islam Indonesia yang menjalin kerja sama dengan lembaga pendidikan yang terkenal di dunia Islam dan di Negara-negara maju pada umumnya. Sebagai perwujudan kerja sama dengan Negara-negara ASEAN atau Negara-negara maju di dunia sangat diperlukan dalam upaya pemberdayaan sistem pendidikan Islam. Pemberdayaan ini tentunya diarahkan pada pemebenahan sistem pendidikan Islam yang selaras dengan trend perkembangan kontemporer, sehingga menjadi suatu model pendidikan Islam yang mampu membangun SDM yang berkualitas.
Ciri-ciri kualitas SDM antara lain ditunjukkan oleh indicator-indikator pendidikan Islam yang memiliki kekuatan akidah dan spiritual, keunggulan moral, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk membangun ciri-ciri tersebut, maka lembaga pendidikan Islam serta perguruan tinggi Islam perlu di-manage dengan tujuan untuk memperkukuh eksistensi lulusannya agar tidak hanya berwawasan local tetapi mampu berwawasan internasional.
Dengan berkembangnya era globalisasi tidak bisa dipungkiri akan munculnya berbagai Multi-Natonal Enterprise (MNE), yang pada gilirannya akan merambah pada Multi-National Higher Educational Enterprise (MNHEE). Maka pengembangan lembaga pendidikan Islan, termasuk perguruan tingginya perlu mengantisipasi hal-hal berikut:
1)      Perlunya internasionalisasi pendidikan Islam.
2)      Perlunya manajemen pendidikan Islam yang berdasarkan kebutuhan pasar kerja.
3)      Perlunya manajemen pendidikan Islam secara terpadu anatara pendidikan formal dan non formal, keterpaduan antara riset, pengajaran dan pelayanan.
4)      Perlunya mengembangkan keterampilan terjual, dalam artian mampu menciptakan dan menawarkan jenis pelatihan dan konsultasi yang sangat diperlukan oleh institusi-institusi terkait, user (para pengguna lulusan) atau stakeholders pada umumnya.
5)      Perlunya komersialisasi riset, dalam arti untuk menghimpun sumber daya yang ada guna kepentingan masyarakat, maka lembaga pendidikan Islam terutama perguruan tinngi harus mampu memilih dan menawarkan rise tapa saja yang perlu dijual kepada masayarakat.
6)      Agar lembaga pendidikan Islam mampu memacu dan memasuki abad persaingan yang semakin ketat, maka perlu mengembangkan program khusus sesuai dengan yang dimilikinya.
d.      Konsep manajemen Sekolah
Dalam iklim yang kompetitif sekarang ini, sulit bagi organisasi untuk dapat hidup dengan baik jika tidak dapat memiliki kemampuan untuk mengubah diri dengan cepat dan mampu berkembang seiring dengan bebagai tuntutan stakeholder. Kondisi ini berlaku bagi semua organisasi baik yang bersifat profit maupun non profit. Sekolah yang merupakan lembaga yang bersifat non profit tidak terlepas dari fenomena ini, maka lembaga pendidikan harus mengetahui berbagai harapan dan kebutuhan stakeholder. Pemerintah dalam hal ini telah memberikan regulasi kepada lembaga pendidikan untuk selalu menyertakan stakeholder dalam seluruh kegiatan melalui dengan yang apa yang disebut sebagai “komite sekolah”.
Demikian pula denan sekolah harus selalu mampu mengidentifikasi kebutuhan stakeholdernya, namun sebelum sekolah mengidentifikasi kebutuhan dan harapan stakeholdernya, sekolah harus mampu menentukan terlebih dahulu siapa yang menjadi stakeholdernya. Bahkan lebih dari itu, sekolah juga harus mampu menentukan siapa yang akan menjadi stakeholder potensialnya.
Stakeholder potensial dapat dilihat dari status ekonomi, kondisi demografi penduduk, suatu wilayah, jenis aliran yang dianut oleh masyarakat Islam, dan lain-lain. Misalnya sebuah sekolah menawarkan bebagai layanan pendidikan yang menggunakan sarana yang canggih, dengan guru-guru yang memiliki kompetensi yang tinggi, maka untuk mengoperasionalkan kegiatan tersebut dibutuhkan adanya dana yang besar. Dengan demikian dibutuhkanadanya stakeholder potensial dari masyarakat Islam dengan tingkat ekonomi menengah keatas.
Setelah ditemukannya stakeholder potensial, kemudian sekolah harus menganalisis harapan dan kebutuhan stakeholder, hasil analisis inilah yang dijadikan titik tolak dalam proses inventarisasi dan penataan kebutuhan serta harapan stakeholder. Hasil analisis dan invenrasasi tersebut kemudian dijadikan sebagai bahan utama dalam penyusunan dan pembuatan visi dan misi sekolah. Itulah sebabnya dalam pembuatan visi dan misi sangat penting untuk melibatkan stakeholder baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini untuk memastikan bahwa harapan dan kebutuhan stakeholder benar-benar diperhatikan dengan sungguh-sungguh dalam pembuatan visi dan misi sekolah. Dalam penyusunan misi dibutuhkan yang adanya tujuan strategis untuk mencapai visi sekolah tersebut.
Tujuan strategis merupakan upaya sekolah untuk menata berbagai prioritas yang harus dikerjakan dalam mencapai visi yang telah di canangkan. Dengan telah ditentukannya tujuan strategis , maka sekolah dituntut untuk memformulasikan strategi lembaga untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan strategis berkaitan dengan pertanyaan ahal-hal apa saja yang harus dikerjakan oleh sekolah untuk mencapai visinya termasuk prioritas yang harus dikerjakan. Sedangkan strategi lembaga berkaitan dengan bagaimana upaya lembaga dalam mengerjakan berbagai prioritas tersebut.
Rencana yang telah dikembangkan kemudian dijadikan dalam program kerja dan aktivitas-aktivitas pelaksanaan pada masing-masing unit/bagian. Dengan adanya program kerja tersebut, maka jadwal kegiatan setiap unit/bagian akan dapat diketahui, termasuk juga anggaran yang dibutuhkan untuk menyelesaikan program-program tersebut. Itulah sebabnya perlu juga disertakan berbagai sasaran yang hendak dicapai oleh masing-masing unit/bagian dengan terlaksananya program tersebut. Kemudian, agar semua orang sepakat dengan ukuran keberhasilan yang dicapai oleh suatu program, maka harus disepakati teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis keberhasilan program tersebut.
2.      Manajemen Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi kegiatan pengikut melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu. Para ahli berpendapat bahwa kepemimpinan adalah sebagai seni untuk mengatur individu dan masyarakat, serta memotivasi semangat mereka untuk meraih tujuan yang tekah di tetapkan.[7]
Seorang pemimpin memiliki karakter dan sifat tertentu, pemimpin menduduki jabatan yang tinggi dalam sebuah organisasi, di dalam organisasi pemimpin dibekali dengan kekuasaan untuk mempengaruhi, mengatur atau mengarahkan anggota organisasi. Kepemimpinan muncul dari aspirasi anggota organisasi. Adapun seorang pemimpin dengan kekuasaan yang dimilikinya, ia berusaha mempengaruhi prilaku orang lain dengan sebuah metode yang memungkinkan mereka patuh tehadap pemimpinnya.
a.         Konsep Manajemen Kepemimpinan Sekolah
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat berperab dalam organisasi, baik buruknya organisasi sering kali tergantung pada faktor pemimpin. Faktor pemimpin yang sangat penting adalah karakter, sebagaimana dikemukakan oleh Covey bahwa 90 % dari semua kegagalan kepemimpinan adalah kegagalan pada karakter.[8]
Kepemimpinan adalah adanya suatu proses dalam kepemimpinan untuk memberikan pengaruh secara sosial kepada orang lain, sehingga orang lain tersebut menjalankan suatu proses sebagaimana yang diinginkan pemimpinnya. Proses pelaksanaan dalam kegiatan kemudian akan mengahasilkan tingkatan dalam kepemimpinan. Kasali dengan Mengutip Maxwell mengemukakan 5 tahap kepemimpinan yang meliputi:[9]
1)      Level 1, pemimpin karena bersifat hal-hal yang legalitas semisal menjadi pemimpin karena surat keputusan (SK).
2)      Level 2, pemimpin yang memimpin dengan kecintaannya, pemimpin pada level ini sudah memimpin orang bukan memimpin pekerjaan.
3)      Level 3, pemimpin yang lebih berorientasi pada hasil, pada pemimpin level ini prestasi kerja adalah sangat penting.
4)      Level 4, pada tingkat ini pemimpin berusaha menumbuhkan pribadi-pribadi dalam organisasi untuk menjadi pemimpin.
5)      Level 5, pemimpin yang memiliki daya tarik yang luar biasa. Pada pemimpin level ini orang-orang ingin mengikutinya bukan hanya karena apa yang telah diberikan pemimpin secara personal atau manfaatnya, tetapi juga karena nilai-nilai dan symbol-simbol yang melekat pada diri orang tersebut.
Esensi yang hanpir sama degan menggunakan tinjauan yang berbeda, berkaitan dengan kepemimpinan yang unggul yaitu: pertama, pemimpin yang dicintai; kedua, pemimpin yang dipercaya; ketiga, pemimpin yang membimbing; keempat, pemimpin yang berkepribadian; kelima, pemimpin yang adil.[10]
Untuk mampu memimpin dengan baik, seorang pemimpin harus mencintai orang-orang yang dipimpinnya. Setelah mampu memimpin dengan memfokuskan pada manusia dengan mengedepankan sifat kasih saying dan mencintai. Pemimpin harus memiliki integritas yang tinggi untuk mencapai visi dan cita-citanya. Dengan integritasi yang tinggi tersebut akan timbul keberanian dalam diri pemimpin tersebut untuk menghadapi berbagai rintangan dan resiko yang menghadangnya. Dengan integritas, keberanian, dan komitmen, itulah pemimpin akan memperoleh kepercayaan.
b.        Konsep Manajemen Perubahan
Perubahan adalah proses alamiah yang suatu ketika harus terjadi, baik disadari atau tidak, karena merupakan suatu dinamika. Namu tidak semua perubahan perubahan membawa kemaslahatan. Adakalanya perubahan justru membawa mala petaka dalam suatu organisasi. Oleh karena itu manager pendidikan Islam harus mampu mengelola perubahan agar mengarah pada upaya dan orientasi penyempurnaan yang terkendali. Setiap perubahan hendaknya mengarah pada pembaharuan. Karena itu, istilah manajemen perubahan mestinya bisa diganti dengan istilah manajemen pembaharuan. Namun demikian, James L. Price mencoba membedakan. Menurutnya, “innovation is a less general term than social change, that is, any modification of the social tructure and culture of a social system. All innovation is social change, but not all social change is innovation.”[11] (perubahan adalah istilah yang kurang umum dibanding perubahan sosial, yakni sebuah modifikasi dari sebuah struktur sosial dan budaya dari sistem sosial. Seluruh perubahan adalah perubahan sosial, tetapi tidak seluruh perubahan sosial merupakan pembaharuan.
Menurut Nursyam, perubahan terjadi karena adanya beberapa hal, yaitu inovasi yang datang dari dalam dari luar, motivasi kuat untuk berubah, dan penerapan scenario perubahan (perubahan akseleratif).[12] Inovasi dari luar utamanya memberikan rangsangan untuk berubah, motivasi membangun kesadaran untuk berubah, sedangkan scenario mengadakan perubahan yang dikondisikan sesuai dengan program yang direncanakan.
Perubahan dapat terjadi dalam bentuk perubahan yang direncanakan atau tanpa perencanaan. Perubahan yang direncanakan bisa terjadi karena dorongan para pimpinan, faktor internal organisasi, maupun akibat dorongan perkembangan lingkungan. Sementara itu perubahan yang terjadi tanpa perencanaan bisa terjadi karena ketidakpuasan para anggota organisasi terhadap situasi yang ada.[13] Secara psikologis, perubahan pertama yang terjadi secara stabil, sedangkan perubahan yang kedua terjadi secara tidak stabil dan mengakibatkat konflik yang berkepanjangan dalam organisasi.
c.         Konsep Standar Kepela Sekolah Umum dan Agama
Kualifikasi kepala sekolah terdiri atas kualifikasi umum dan kualifikasi khusus:
1)      Kualifikasi Umum Kepala Sekolah adalah sebagai berikut:
a)    Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-4) kependidikan maupun non kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi.
b)   Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun.
c)    Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun menurut jenjang pendidikan sekolah masing-masing, kecuali di taman kanak-kanak memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 tahun.
d)   Memiliki pangkat serendah-rendahnya III c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS disertakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwewenang.
2)      Kualifikasi Khusus Kepala Sekolah meliputi:
a)    Kepala Taman Kanak-Kanak adalah sebagai berikut:
Pertama, berstatus sebagai guru TK.
Kedua, memiliki sertifikat pendidik sebagai guru TK.
Ketiga,memiliki sertifikat kepala TK yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah.
b)      Kepala Sekolah Dasar Atau Ibtidaiyah adalah sebagai berikut:
Pertama, berstatus sebagai guru SD/MI.
Kedua, memiliki sertifikat sebagai guru SD/MI.
Ketiga, memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah.
c)      Kepala Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah SMP/MTs:
Pertama, berstatus sebagai guru SMP/MTs.
Kedua, memiliki sertfikat pendidik sebagai guru SMP/MTs.
Ketiga, memiliki sertifikat kepala SMP/MTs yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah.
d)     Kepala Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA):
Pertama, berststus sebagai guru SMA/MA.
Kedua, memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA.
Ketiga, memiliki sertifikat kepala SMA/MA yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah.
e)      Kepala Sekolah Menengah Kejuruan/  adrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK):
Pertama, berstatus sebagai guru SMK/MAK.
Kedua, memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK.
Ketiga, memiliki sertifikat kepala SMK/MAK yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah.
f)       Kepala Sekolah Dasar Luar Biasa/ Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa/ Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SDLB/SMPLB/SMALB):
Pertama, berstatus sebagai guru pada satuan pendidikan SDLB/SMPLB/SMALB.
Kedua, memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SDLB/SMPLB/SMALB.
Ketiga, memiliki sertifikat kepala SLB/SDLB yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah.
g)      Kepala Sekolah Indonesia Luar Negeri adalah sebagai berikut:
Pertama, memiliki pengalaman sekurang-kurangnya 3 tahun sebagai kepala sekolah.
Kedua, memiliki sertifikat pendidik sebagai guru pada salah satu satuan pendidik.
Ketiga, memiliki sertifikat kepala sekolah yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah.[14]

C.       PENUTUP
1.         Kesimpulan
Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua umat. Pendidikan selalu menjadi tumpuan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat. Memang pendidikan merupakan alat untuk memajukan peradaban, mengembangkan masyarakat, dan membuat generasi mampu berbuat banyak bagi kepentingan mereka.
Manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses penglolaan lembaga pendidikan Islam secara islami dengan cara menyiasati sumber-sumber belajar dengan hal-hal lain yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efesien.
Dalam pengembangan manajemen pendidikan Islam diperlukan adanya dua aspek yang terpadu, yaitu menyatukan sikap manager dan leader yang berciri khas Islam atau yang dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam.











DAFTAR PUSTAKA

Qomar, Mujamil, 2007, Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta: Penerbit Erlangga
Uhbiyah, Nur, 1998, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia.
Muhaimin, dkk, 2011, Manajemen Pendidikan dan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, Jakarta: Kencana.
Muhaimin, et al, 2002, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan  Agama di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, cet., II.
John F dan Robert B, 1960, Public Management, New York: Ronald Press.
Covey, Stephen R, 2005, The 8th Habbit Melampaui Efektivitas Menggapai Keagungan, Jakarta: Gramedia.
Kasali, Reinald, 2007, Change, Jakarta: Gramedia.
Agustian, Ginandjar Ary, 2007, Emotional Spritual Quotient, Jakarta: Arga.
Price, James L, 1972, Handbook of Organizational Measurement, London: DC Healt and Company.
Nursyam, 2005, Indikator dan Pengukuran Pengembangan SDM di Pesantren, Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Wahjosumidjo, 2002, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.






[1] Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), hal. 10.
[2] Nur Uhbiyah, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hal. 19.
[3] Muhaimin, dkk,  Manajemen Pendidikan dan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 5.
[4] Ibid, hal. 7.
[5] Muhaimin, et al, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan  Agama di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet., II, hal. 10.
[6] Muhaimin, Dkk, op.cit., hal. 17-18.
[7] John F dan Robert B, Public Management, (New York: Ronald Press, 1960), hal. 12.
[8] Stephen R. Covey, The 8th Habbit Melampaui Efektivitas Menggapai Keagungan, (Jakarta: Gramedia, 2005), hal. 29.
[9] Reinald Kasali, Change, (Jakarta: Gramedia, 2007), hal. 30.
[10] Ginandjar Ary Agustian, Emotional Spritual Quotient, (Jakarta: Arga, 2007), hal. 33.
[11] James L. Price, Handbook of Organizational Measurement, (London: DC Healt and Company, 1972), hal. 118.
[12] Nursyam, Indikator dan Pengukuran Pengembangan SDM di Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), hal. 62.
[13] Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 166.
[14] Muhaimin, Dkk, op.cit., hal. 39-41.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR

MAKALAH ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL