MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DAN MANAJEMEN KEPEMIMPINAN
DOSEN PENGAMPUH:
Dra. ROSIMAH LUBIS, M. Pd.
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Kelompok: 11
NAMA NIM
NUR FAIZAH YAZID NASUTION 1720100107
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDIMPUAN
T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami
sampaikan kehadirat Allah SWT, yang telah menolong kami dalam menyelesaikan
makalah ini. Tanpa pertolongan-NYA mungkin kami tidak akan sanggup
menyelesaikan tugas ini dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat
memperluas pengetahuan tentang manajemen pendidikan Islam. Makalah ini kami
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini disusun oleh penyusun
dengan berbagai halangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun dari
luar penyusun. Namun, dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari Tuhan yang
akhirnya makalah ini terselesaikan dengan judul “Manajemen Pendidikan Islam dan
Manajemen Kepemimpinan”
Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang membantu kami dalam menyusun makalah ini sehingga dapat
diselesaikan. Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya. Oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..ii
A.
PENDAHULUAN…………………………………………………….1
B.
PEMBAHASAN………………………………………………………3
1.
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM…………………………3
a.
Pengertian dan nilai-nilai pendidikan Islam…………………..3
b.
Paradigma dan wilayah kajian manajemen pendidikan Islam...5
c.
Perlunya kerja sama dalam manajemen pendidikan Islam…....7
d.
Konsep manajemen sekolah……………………………..……10
2.
Manajemen kepemimpinan……………………………………….12
a.
Konsep manajemen kepemimpinan sekolah………………….12
b.
Konsep maanjemen perubahan……………………………….14
c.
Konsep standar kepala sekolah umum dan agama…………...15
C.
PENUTUP……………………………………………………………18
1.
KESIMPULAN…………………………………………………..18
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………..19
A.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua umat. Pendidikan
selalu menjadi tumpuan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat.
Memang pendidikan merupakan alat untuk memajukan peradaban, mengembangkan
masyarakat, dan membuat generasi mampu berbuat banyak bagi kepentingan mereka.
Pendidikan mengembangkan peradaban melalui pengembangan ilmu dan
pengetahuan secara terus menerus sejalan dengan visi dan misi hidup umat.
Pendidikan juga memberikan solusi dalam pemecahan masalah sosial dengan melatih
generasi muda untuk selalu berfikir sehat agar aktifitas mereka di dalam
masyarakat bersifat orisinal. Yang berarti terlahir dari tradisi yang
diadaptasikan secara koordinatif dengan berbagai realitas perkembangan zaman.
Cara demikian membutuhkan manajemen pendidikan yang dapat menjamin jati diri
dan kepribadian umat termasuk dalam bingkai pendidikan Islam. Manajemen
pendidikan merupakan kunci sukses karena sangat menentukan kelancaran kinerja
organisasi lembaga pendidikan yang bersangkutan. Dengan demikian, perubahan
sosial akan selalu menuju kearah yang lebih baik.
Manajemen merupakan ilmu yang beru dikenal pada pertengahan abad
ke-19, hal ini sangat popular bahkan dianggap sebagai kunci keberhasilan
pengelola perusahaan dan lembaga pendidikan, baik lembaga pendidikan umum
maupun pendidikan Islam. Bahkan ada orang yang menganggap manajemen pendidikan
Islam sebagai suatu “ciri” dari lembaga pendidikan Islam modern, karena dengan
adanya manajemen pendidikan Islam maka lembaga pendidikan Islam diharapkan akan
berkembang dan berhasil dalam menciptakan lembaga pendidikan Islam yang efektif
dan efesien.
Manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses penglolaan lembaga
pendidikan Islam secara islami dengan cara menyiasati sumber-sumber belajar
dengan hal-hal lain yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara
efektif dan efesien.
B.
PEMBAHASAN
1.
Manajemen Pendidikan Islam
Manajemen pendidikan Islam menyatakan bahwa manajemen pndidikan
Islam adalah suatu proses penataan atau pengelolaan lembaga pendidikan Islam
yang melibatkan sumber daya manusia muslim dan menggerakkannya untuk mencapai
tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efesien.
Muhaimin menyatakan bahwa manajemen pendidikan adalah manajemen
yang diterpkan dalam pengembangan pendidikan.
Dalam artian, ia merupakan seni dan ilmu yang mengelola sumber daya pendidikan
Islam untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efesien.
Manajemen pendidikan lebih bersifat umum untuk semua aktifitas pendidikan pada
umumnya, sedangkan manajemen pendidikan Islam lebih bersifat khusus karena
lebih mengarah pada manajemen pendidikan yang diterapkan dalam pengembangan
pendidikan Islam. Dalam artian, bagaimana menggunakan dan mengelola sumber daya
pendidikan Islam secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan pengembangan,
kemajuan dan kualitas proses dan hasil pendidikan Islam itu sediri.
a.
Pengertian dan Nilai-nilai Pendidikan Islam
Dalam pengembangan manajemen pendidikan Islam diperlukan adanya dua
aspek yang terpadu, yaitu menyatukan sikap manager dan leader
yang berciri khas Islam atau yang dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam.
Beberapa ajaran dan nilai-nilai Islam yang terkait dengan pengembangan
manajemen pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1)
Me-menage pendidikan Islam dimulai dari niat, niat adalah sesuatu
yang direncanakan dengan sungguh-sungguh untuk diwujudkan dalam kenyataan
(perbuatan). Niat ini harus dari hati yang bersih dan suci, karena mengharap
ridha Allah SWT., serta ditindaklanjuti dengan mujahadah, yakni berusaha
dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan niat dalam bentuk amal perbuatan dan
konsisten dengan sesuatu yang sudah direncanakan. Setelah niat kemudian
dilanjutkan dengan muhasabah, yakni melakukan control dan evaluasi
terhadap rencana yang sudah dilakukan.
2)
Islam adalah agama amal atau kerja (praktis). Inti ajarannya adalah
bahwa hamba mendekati dan memperoleh ridha Allah melalui kerja atau amal saleh
dan dengan memurnikan sikap penyembahan hanya pada-Nya. Firman Allah dalam QS.
Al-Kahf: 110. Hal ini mengandung makna bahwa Islam adalah agama yang selalu
mengajarkan “orientasi kerja” (achievement orientation). Tinggi atau
tidaknya derajat seseorang juga ditentukan oleh prestasi kerja atau kualitas
amal saleh sebagai aktualitas dari potensi imannya.
Nilai-nilai
tersebut sepatutnya menjadi kekuatan pendorong dan etos kerja bagi pengembangan
manajemen pendidikan Islam. Etos bearasal dari bahasa Yunani “ethos” yang
berarti “watak atau karakter, sikap dan kebiasaan”. Dari kata “etos” terambil
pula kata “etika” dan “etis” yang mengacu kepada makna ”akhlaq” atau bersifat
“akhlaqi”, yakni kualitas esensial seseorang atau suatu kelompok termasuk suatu
bangsa.
3)
Uraian pada poin kedua tersebut menggaris bawahi adanya nilai-nilai
esensial yang perlu ditegakkan atau dijadikan watak, sikap dan kebiasaan
seseorang atau kelompok dalam bekerja (termasuk dalam manajemen pendidikan
Islam), yaitu: “bekerja (me-manage pendidikan Islam) adalah sebagai ibadah yang
harus dibarengi dengan niat yang ikhlas karena mencari ridha Allah”.
b.
Paradigma dan Wilayah Kajian Manajemen Pendidikan Islam
Uraian di atas menjelaskan tentang ajaran dan nilai-nilai Islam
yang perlu dijadikan acuan, hudan (petunjuk), atau sumber konsultasi
dalam pengembangan manajemen pendidikan Islam. Uraian tersebut menggarisbawahi
paradigma manajemen pendidikan Islam yang menyetukan ilmu manajemen pendidikan
dengan wahyu, dan ditampilkan dalam ontologi yang mendudukan wahyu (Al-Quran
dan As-Sunnah) sebagai acuan, hudan, dan sumber konsultasi. Pengembangan
pendidikan Islam bergerak secara ontologis dan epistemologik.
Upaya pengembangan teori manajemen pendidikan Islam selalu diuji
koherensinya pada moral religious (Islam). Moral religious ini merupakan
dimensi aksiologinya, yang terkait dengan pahala dan siksa sebagai konsekuensi
dari fungsi dan tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi. Karena itu,
ilmu manajemen pendidikan Islam bukan untuk profit making semata,
sebagaimana konsep materialisme, tetapi untuk mengagungkan asma Allah dan
menyayangi makhluk-Nya, sedangkan profit merupakan efek langsung atau
pengiring dari uapaya tersebut.
Maka wilayah kajian atau penelitian manajemen pendidikan Islam yang
dapat dikembangkan mencakup: pertama, masalah-masalah fondasional (foundational
problems), terutama menyangkut landasan filosofis, sosiologis,
antropologis, psikologis, dan lain-lain; kedua, masalah-masalah
struktural (structural problems), yang meliputi dimensi-dimensi
kelembagaannya, masyarakat, jenjang pendidikan, tingkat ekonomi, dan lain-lain;
ketiga, masalah-masalah operasional (operational problems),
terutama yang menyangkut praktik manajemen pendidikan Islam pada lingkup
jenis-jenis pendidikan Islam baik pada aspek kelembagaan maupun programnya,
serta segala komponen pendidikan yang dijiwai dan disemangati oleh ajaran dan
nilai-nilai Islam.
Dengan demikian, kegiatan penelitian manajemen pendidikan Islam
akan dapat melahirkan dan mengembangkan teori-teori sebagai berikut:
1)
Teori manajemen pendidikan agama Islam dirumah tangga karier.
2)
Teori manajemen pendidikan agama Islam dirumah tangga non kerier.
3)
Teori manajemen pendidikan agama Islam di rumag tangga kelas bawah.
4)
Teori manajemen pendidikan agama Islam di rumah tangga kelas atas.
5)
Teori manajemen pendidikan pondok pesantren tradisional.
6)
Teori manajemen pendidikan pondok pesantren modern.
7)
Teori manajemen pendidikan pesantren kilat.
8)
Teori manajemen pendidikan majlis taklim.
9)
Teori manajemen pendidikan agama Islam untuk khotbah-khotbah.
10)
Teori manajemen pendidikan agama Islam untuk kursus-kursus.
11)
Teori manajemen pendidikan agama Islam untuk kantor-kantor.
12)
Teori manajemen pendidikan agama Islam untuk rumah sakit.
13)
Teori manajemen pendidikan agama Islam untuk rumah yatim.
14)
Teori manajemen pendidikan agama Islam untuk lembaga-lembaga
pemasyrakatan.
15)
Teori manajemen pendidikan agama Islam di perusahaan-perusahaan.
16)
Teori manajemen pendidikan Islam di taman kanak-kanak.
17)
Teori manajemen pendidikan agama Islam di Sekolah Dasar.
18)
Teori manajemen pendidikan Madrasah Ibtidaiyah.
19)
Teori manajemen pendidikan agama Islam di SLTP.
20)
Teori manajemen pendidikan Madrasah Tsanawiyah.
21)
Teori manajemen pendidikan agama Islam di SMU.
22)
Teori manajemen pendidikan
Madrasah Aliyah.
23)
Teori manajemen pedidikan agama Islam di SMK.
24)
Teori manajemen pendidikan agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
25)
Teori manajemen pendidikan PTAI/UIN/PTAIS.
26)
Teori manajemen pendidikan sekolah/PTS di bawah naungan
organisasi/yayasan Islam.
27)
Teori manajemen pendidikan Madrasah Pedesaan.
28)
Teori manajemen pendidikan Madrasah Perkotaan.
29)
Teori manajemen pendidikan
Madrasah Diniyah.
30)
Teori manajemen pendidikan TPQ.
31)
Teori manajemen program studi PAI di PTAI/UIN/PTAIS.
32)
Teori manajemen program studi al-Akhwal al-Syakhsiyah di
PTAI/UIN/PTAIS.
33)
Teori manajemen pendidikan Kepala Sekolah dalam Perspektif Islam.
c.
Perlunya Kerja Sama dalam Manajemen Pendidikan Islam.
Of all the problem that confront the muslim world today the
educational problem is the most challenging. The furture of the muslim world
will depend upon the way it responds to this challenge. (Demikian kata Khursid Ahmad), yakni dari sekian banyak
permasalahan yang merupakan tantangan terhadap dunia Islam dewasa ini, maka
masalah pendidikan merupakan masalah yang paling menantang. Masa depan dunia
Islam tergantung kepeda cara bagaimana dunia Islam menjawab dan memecahkan
tantangan ini.
Prof. Dr. Mohammad Abdus Salam, salah seorang ilmuwan muslim dari
Pakistan yang telah meraih hadiah Nobel, juga menyatakan: “Tidak diragukan lagi
bahwa dari seluruh peradaban di planet ini, sains menempati posisi yang paling
lemah dan benar-benar memprihatinkan di dunia Islam. Tidak terlalu berlebihan
jika dikatakan bahwa kelemahan ini berbahaya karena kelangsungan hidup suatu
masyarakat pada abad ini secara langsung tergantung pada penguasaannya atas
sains dan teknologi”. Selanjutnya ia mengatakan bahwa: “…ortodoksi agama dan
semangat intoleransi merupakan dua faktor utama yang bertanggung jawab atas
lemahnya lembaga ilmu pengetahuan yang pernah jaya dalam Islam”.
Kedua statement tersebut pada dasarnya saling melengkapi, yang
mengagaris bawahi perlunya kepedulian para pengembang dan pengelola lembaga
pendidikan Islam untuk selalu mencari jawaban atas tantangan yang dihadapi oleh
dunia Islam dewasa ini, terutama menyangkut lemahnya sistem pendidikan Islam
yang produknya dianggap belum banyak memberikan kontribusi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada era globaisasi.
Perkembangan iptek dan juga budaya hingga saat ini justru lebih
banyak didominasi dan masih berada di tangan para imuwan yang berasal dari
Negara-negara Barat yang humanis-antoposentris, serta kurang concern,
commitment dan kurang apresiatif terhadap ajaran dan nilai-nilai fundamental
dari agama yang hanif dan lebih manusiawi. Sedangkan sistem pendidikan
Islam lebih banyak berada pada posisi marginal, perifer, dan
bahkan sebagai konsumen beleka.
Rendahnya kualitas pendidikan Islam akan berdampak pada rendahnya
kualitas sumberdaya manusia (SDM) yang mampu berkompetisi di dunia global, dan
sekaligus akan berdampak pula rendahnya pruduktivitas (termasuk didalamnya
produktivitas iptek) dan pendapatan para warga negaranya. Iptek merupakan
kebutuhan vital yang menjembatani kesenjangan yang mencolok antara idealitas
ajaran dan nilai-nlai Islam, dengan realitas pesatnya kemajuan iptek dan
akselerasi perubahan sosial-budaya yang notabenenya digagas dan didominasi oleh
para ilmuwan dan teknologi non muslim.
Respons dan antisipasi terhadap bebagai problem tersebut sepertinya
sangat lamban bilamana lembaga pendidikan Islam di manage seadanya
dengan sumber daya yang dimilikinya, tanpa adanya upaya kebersamaan, persatuan
dan kerja sama yang saling menguntungkan antar satu samalainnya baik di dalam
negeri maupun dengan Negara-negara maju pada umumnya.
Maka atas dasar itulah keberadaan lembaga pendidikan Islam
Indonesia yang menjalin kerja sama dengan lembaga pendidikan yang terkenal di
dunia Islam dan di Negara-negara maju pada umumnya. Sebagai perwujudan kerja
sama dengan Negara-negara ASEAN atau Negara-negara maju di dunia sangat
diperlukan dalam upaya pemberdayaan sistem pendidikan Islam. Pemberdayaan ini
tentunya diarahkan pada pemebenahan sistem pendidikan Islam yang selaras dengan
trend perkembangan kontemporer, sehingga menjadi suatu model pendidikan Islam
yang mampu membangun SDM yang berkualitas.
Ciri-ciri kualitas SDM antara lain ditunjukkan oleh
indicator-indikator pendidikan Islam yang memiliki kekuatan akidah dan
spiritual, keunggulan moral, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk
membangun ciri-ciri tersebut, maka lembaga pendidikan Islam serta perguruan
tinggi Islam perlu di-manage dengan tujuan untuk memperkukuh eksistensi
lulusannya agar tidak hanya berwawasan local tetapi mampu berwawasan
internasional.
Dengan berkembangnya era globalisasi tidak bisa dipungkiri akan
munculnya berbagai Multi-Natonal Enterprise (MNE), yang pada gilirannya akan
merambah pada Multi-National Higher Educational Enterprise (MNHEE). Maka
pengembangan lembaga pendidikan Islan, termasuk perguruan tingginya perlu
mengantisipasi hal-hal berikut:
1)
Perlunya internasionalisasi pendidikan Islam.
2)
Perlunya manajemen pendidikan Islam yang berdasarkan kebutuhan
pasar kerja.
3)
Perlunya manajemen pendidikan Islam secara terpadu anatara
pendidikan formal dan non formal, keterpaduan antara riset, pengajaran dan
pelayanan.
4)
Perlunya mengembangkan keterampilan terjual, dalam artian mampu
menciptakan dan menawarkan jenis pelatihan dan konsultasi yang sangat
diperlukan oleh institusi-institusi terkait, user (para pengguna lulusan) atau
stakeholders pada umumnya.
5)
Perlunya komersialisasi riset, dalam arti untuk menghimpun sumber
daya yang ada guna kepentingan masyarakat, maka lembaga pendidikan Islam
terutama perguruan tinngi harus mampu memilih dan menawarkan rise tapa saja
yang perlu dijual kepada masayarakat.
6)
Agar lembaga pendidikan Islam mampu memacu dan memasuki abad
persaingan yang semakin ketat, maka perlu mengembangkan program khusus sesuai
dengan yang dimilikinya.
d.
Konsep manajemen Sekolah
Dalam iklim yang kompetitif sekarang ini, sulit bagi organisasi
untuk dapat hidup dengan baik jika tidak dapat memiliki kemampuan untuk
mengubah diri dengan cepat dan mampu berkembang seiring dengan bebagai tuntutan
stakeholder. Kondisi ini berlaku bagi semua organisasi baik yang bersifat
profit maupun non profit. Sekolah yang merupakan lembaga yang bersifat non
profit tidak terlepas dari fenomena ini, maka lembaga pendidikan harus
mengetahui berbagai harapan dan kebutuhan stakeholder. Pemerintah dalam hal ini
telah memberikan regulasi kepada lembaga pendidikan untuk selalu menyertakan
stakeholder dalam seluruh kegiatan melalui dengan yang apa yang disebut sebagai
“komite sekolah”.
Demikian pula denan sekolah harus selalu mampu mengidentifikasi
kebutuhan stakeholdernya, namun sebelum sekolah mengidentifikasi kebutuhan dan
harapan stakeholdernya, sekolah harus mampu menentukan terlebih dahulu siapa
yang menjadi stakeholdernya. Bahkan lebih dari itu, sekolah juga harus mampu
menentukan siapa yang akan menjadi stakeholder potensialnya.
Stakeholder potensial dapat dilihat dari status ekonomi, kondisi
demografi penduduk, suatu wilayah, jenis aliran yang dianut oleh masyarakat
Islam, dan lain-lain. Misalnya sebuah sekolah menawarkan bebagai layanan
pendidikan yang menggunakan sarana yang canggih, dengan guru-guru yang memiliki
kompetensi yang tinggi, maka untuk mengoperasionalkan kegiatan tersebut
dibutuhkan adanya dana yang besar. Dengan demikian dibutuhkanadanya stakeholder
potensial dari masyarakat Islam dengan tingkat ekonomi menengah keatas.
Setelah ditemukannya stakeholder potensial, kemudian sekolah harus
menganalisis harapan dan kebutuhan stakeholder, hasil analisis inilah yang
dijadikan titik tolak dalam proses inventarisasi dan penataan kebutuhan serta
harapan stakeholder. Hasil analisis dan invenrasasi tersebut kemudian dijadikan
sebagai bahan utama dalam penyusunan dan pembuatan visi dan misi sekolah.
Itulah sebabnya dalam pembuatan visi dan misi sangat penting untuk melibatkan
stakeholder baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini untuk
memastikan bahwa harapan dan kebutuhan stakeholder benar-benar diperhatikan
dengan sungguh-sungguh dalam pembuatan visi dan misi sekolah. Dalam penyusunan
misi dibutuhkan yang adanya tujuan strategis untuk mencapai visi sekolah
tersebut.
Tujuan strategis merupakan upaya sekolah untuk menata berbagai
prioritas yang harus dikerjakan dalam mencapai visi yang telah di canangkan.
Dengan telah ditentukannya tujuan strategis , maka sekolah dituntut untuk
memformulasikan strategi lembaga untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan
strategis berkaitan dengan pertanyaan ahal-hal apa saja yang harus
dikerjakan oleh sekolah untuk mencapai visinya termasuk prioritas yang harus
dikerjakan. Sedangkan strategi lembaga berkaitan dengan bagaimana upaya
lembaga dalam mengerjakan berbagai prioritas tersebut.
Rencana yang telah dikembangkan kemudian dijadikan dalam program
kerja dan aktivitas-aktivitas pelaksanaan pada masing-masing unit/bagian.
Dengan adanya program kerja tersebut, maka jadwal kegiatan setiap unit/bagian
akan dapat diketahui, termasuk juga anggaran yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
program-program tersebut. Itulah sebabnya perlu juga disertakan berbagai
sasaran yang hendak dicapai oleh masing-masing unit/bagian dengan terlaksananya
program tersebut. Kemudian, agar semua orang sepakat dengan ukuran keberhasilan
yang dicapai oleh suatu program, maka harus disepakati teknik analisis yang
digunakan untuk menganalisis keberhasilan program tersebut.
2.
Manajemen Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi kegiatan pengikut melalui
proses komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu. Para ahli berpendapat bahwa
kepemimpinan adalah sebagai seni untuk mengatur individu dan masyarakat, serta
memotivasi semangat mereka untuk meraih tujuan yang tekah di tetapkan.
Seorang pemimpin memiliki karakter dan sifat tertentu, pemimpin
menduduki jabatan yang tinggi dalam sebuah organisasi, di dalam organisasi
pemimpin dibekali dengan kekuasaan untuk mempengaruhi, mengatur atau
mengarahkan anggota organisasi. Kepemimpinan muncul dari aspirasi anggota
organisasi. Adapun seorang pemimpin dengan kekuasaan yang dimilikinya, ia
berusaha mempengaruhi prilaku orang lain dengan sebuah metode yang memungkinkan
mereka patuh tehadap pemimpinnya.
a.
Konsep Manajemen Kepemimpinan Sekolah
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat berperab dalam
organisasi, baik buruknya organisasi sering kali tergantung pada faktor
pemimpin. Faktor pemimpin yang sangat penting adalah karakter, sebagaimana
dikemukakan oleh Covey bahwa 90 % dari semua kegagalan kepemimpinan adalah
kegagalan pada karakter.
Kepemimpinan adalah adanya suatu proses dalam kepemimpinan untuk
memberikan pengaruh secara sosial kepada orang lain, sehingga orang lain
tersebut menjalankan suatu proses sebagaimana yang diinginkan pemimpinnya.
Proses pelaksanaan dalam kegiatan kemudian akan mengahasilkan tingkatan dalam
kepemimpinan. Kasali dengan Mengutip Maxwell mengemukakan 5 tahap kepemimpinan
yang meliputi:
1)
Level 1, pemimpin karena bersifat hal-hal yang legalitas semisal
menjadi pemimpin karena surat keputusan (SK).
2)
Level 2, pemimpin yang memimpin dengan kecintaannya, pemimpin pada
level ini sudah memimpin orang bukan memimpin pekerjaan.
3)
Level 3, pemimpin yang lebih berorientasi pada hasil, pada pemimpin
level ini prestasi kerja adalah sangat penting.
4)
Level 4, pada tingkat ini pemimpin berusaha menumbuhkan
pribadi-pribadi dalam organisasi untuk menjadi pemimpin.
5)
Level 5, pemimpin yang memiliki daya tarik yang luar biasa. Pada
pemimpin level ini orang-orang ingin mengikutinya bukan hanya karena apa yang
telah diberikan pemimpin secara personal atau manfaatnya, tetapi juga karena
nilai-nilai dan symbol-simbol yang melekat pada diri orang tersebut.
Esensi yang
hanpir sama degan menggunakan tinjauan yang berbeda, berkaitan dengan kepemimpinan
yang unggul yaitu: pertama, pemimpin yang dicintai; kedua, pemimpin yang
dipercaya; ketiga, pemimpin yang membimbing; keempat, pemimpin yang
berkepribadian; kelima, pemimpin yang adil.
Untuk mampu
memimpin dengan baik, seorang pemimpin harus mencintai orang-orang yang
dipimpinnya. Setelah mampu memimpin dengan memfokuskan pada manusia dengan
mengedepankan sifat kasih saying dan mencintai. Pemimpin harus memiliki
integritas yang tinggi untuk mencapai visi dan cita-citanya. Dengan integritasi
yang tinggi tersebut akan timbul keberanian dalam diri pemimpin tersebut untuk
menghadapi berbagai rintangan dan resiko yang menghadangnya. Dengan integritas,
keberanian, dan komitmen, itulah pemimpin akan memperoleh kepercayaan.
b.
Konsep Manajemen Perubahan
Perubahan adalah proses alamiah yang suatu ketika harus terjadi,
baik disadari atau tidak, karena merupakan suatu dinamika. Namu tidak semua
perubahan perubahan membawa kemaslahatan. Adakalanya perubahan justru membawa
mala petaka dalam suatu organisasi. Oleh karena itu manager pendidikan Islam
harus mampu mengelola perubahan agar mengarah pada upaya dan orientasi
penyempurnaan yang terkendali. Setiap perubahan hendaknya mengarah pada
pembaharuan. Karena itu, istilah manajemen perubahan mestinya bisa diganti dengan
istilah manajemen pembaharuan. Namun demikian, James L. Price mencoba
membedakan. Menurutnya, “innovation is a less general term than social
change, that is, any modification of the social tructure and culture of a
social system. All innovation is social change, but not all social change is
innovation.”
(perubahan adalah istilah yang kurang umum dibanding perubahan sosial, yakni
sebuah modifikasi dari sebuah struktur sosial dan budaya dari sistem sosial.
Seluruh perubahan adalah perubahan sosial, tetapi tidak seluruh perubahan
sosial merupakan pembaharuan.
Menurut Nursyam, perubahan terjadi karena adanya beberapa hal,
yaitu inovasi yang datang dari dalam dari luar, motivasi kuat untuk berubah,
dan penerapan scenario perubahan (perubahan akseleratif).
Inovasi dari luar utamanya memberikan rangsangan untuk berubah, motivasi
membangun kesadaran untuk berubah, sedangkan scenario mengadakan perubahan yang
dikondisikan sesuai dengan program yang direncanakan.
Perubahan dapat terjadi dalam bentuk perubahan yang direncanakan
atau tanpa perencanaan. Perubahan yang direncanakan bisa terjadi karena
dorongan para pimpinan, faktor internal organisasi, maupun akibat dorongan
perkembangan lingkungan. Sementara itu perubahan yang terjadi tanpa perencanaan
bisa terjadi karena ketidakpuasan para anggota organisasi terhadap situasi yang
ada.
Secara psikologis, perubahan pertama yang terjadi secara stabil, sedangkan
perubahan yang kedua terjadi secara tidak stabil dan mengakibatkat konflik yang
berkepanjangan dalam organisasi.
c.
Konsep Standar Kepela Sekolah Umum dan Agama
Kualifikasi
kepala sekolah terdiri atas kualifikasi umum dan kualifikasi khusus:
1)
Kualifikasi Umum Kepala Sekolah adalah sebagai berikut:
a)
Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-4)
kependidikan maupun non kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi.
b)
Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia
setinggi-tingginya 56 tahun.
c)
Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun menurut
jenjang pendidikan sekolah masing-masing, kecuali di taman kanak-kanak memiliki
pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 tahun.
d)
Memiliki pangkat serendah-rendahnya III c bagi pegawai negeri sipil
(PNS) dan bagi non-PNS disertakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh
yayasan atau lembaga yang berwewenang.
2)
Kualifikasi Khusus Kepala Sekolah meliputi:
a)
Kepala Taman Kanak-Kanak adalah sebagai berikut:
Pertama, berstatus sebagai guru TK.
Kedua,
memiliki
sertifikat pendidik sebagai guru TK.
Ketiga,memiliki sertifikat kepala TK yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditetapkan pemerintah.
b)
Kepala Sekolah Dasar Atau Ibtidaiyah adalah sebagai berikut:
Pertama, berstatus sebagai guru SD/MI.
Kedua, memiliki sertifikat sebagai guru SD/MI.
Ketiga, memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh lembaga
yang ditetapkan pemerintah.
c)
Kepala Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah SMP/MTs:
Pertama, berstatus sebagai guru SMP/MTs.
Kedua, memiliki sertfikat pendidik sebagai guru SMP/MTs.
Ketiga, memiliki sertifikat kepala SMP/MTs yang diterbitkan oleh lembaga
yang ditetapkan pemerintah.
d)
Kepala Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA):
Pertama, berststus sebagai guru SMA/MA.
Kedua, memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA.
Ketiga, memiliki sertifikat kepala SMA/MA yang diterbitkan oleh lembaga
yang ditetapkan pemerintah.
e)
Kepala Sekolah Menengah Kejuruan/
adrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK):
Pertama, berstatus sebagai guru SMK/MAK.
Kedua, memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK.
Ketiga, memiliki sertifikat kepala SMK/MAK yang diterbitkan oleh lembaga
yang ditetapkan pemerintah.
f)
Kepala Sekolah Dasar Luar Biasa/ Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa/ Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SDLB/SMPLB/SMALB):
Pertama, berstatus sebagai guru pada satuan pendidikan SDLB/SMPLB/SMALB.
Kedua, memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SDLB/SMPLB/SMALB.
Ketiga, memiliki sertifikat kepala SLB/SDLB yang diterbitkan oleh lembaga
yang ditetapkan pemerintah.
g)
Kepala Sekolah Indonesia Luar Negeri adalah sebagai berikut:
Pertama, memiliki pengalaman sekurang-kurangnya 3 tahun sebagai kepala
sekolah.
Kedua, memiliki sertifikat pendidik sebagai guru pada salah satu satuan
pendidik.
Ketiga, memiliki sertifikat kepala sekolah yang diterbitkan oleh lembaga
yang ditetapkan pemerintah.
C.
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Pendidikan
merupakan persoalan penting bagi semua umat. Pendidikan selalu menjadi tumpuan
harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat. Memang pendidikan
merupakan alat untuk memajukan peradaban, mengembangkan masyarakat, dan membuat
generasi mampu berbuat banyak bagi kepentingan mereka.
Manajemen
pendidikan Islam adalah suatu proses penglolaan lembaga pendidikan Islam secara
islami dengan cara menyiasati sumber-sumber belajar dengan hal-hal lain yang
terkait untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efesien.
Dalam
pengembangan manajemen pendidikan Islam diperlukan adanya dua aspek yang
terpadu, yaitu menyatukan sikap manager dan leader yang berciri
khas Islam atau yang dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam.
DAFTAR
PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar